Raut sumringah penuh kebahagiaan tergambar jelas pada wajah enam pasang calon pengantin begitu memasuki pelataran Taman Tempuran Cikal Srimulyo,Piyungan, Bantul. Rabu (20/3) pagi tadi, mereka hendak mengikuti Nikah Bareng Pemilu Damai 2019 anti hoax yang digelar oleh Fortais Sewon Bantul bekerjasama dengan Pokdarwis Tirto Girimulyo Piyungan.
Make up yang menawan, mengenakan pakaian pengantin dari beberapa daerah penuh warna semarak, keenam calon pengantin bersiap menunggu momentum akad nikah mereka masing-masing. Kali ini sudah ditentukan oleh panitia, masing-masing pengantin menggelar ijab qabul di lokasi yang berbeda. Ada rumah pohon (rumah luwak), di atas hammock (kain yang menggantung di atas pohon), di atas flying fox, di atas kapal, di atas speedboat dan naik kano.
Ikhwal pemilihan enam tempat ijab yang berbeda ini menurut Ketua Pelaksana Golek Garwo & Nikah Bareng RM. Ryan Budi Nuryanto sesuai tema yang melandasi event tersebut yakni Unity in Diversity. Persatuan dalam perbedaan,demikian makna yang diungkap dalam tema tersebut, diharapkan dengan tempat menikah, tempat ijab yang berbeda-beda para calon pengantin tersebut akan tetap berbahagia karena tujuannya sama yakni menikah.
“Dengan nikah bareng ini harapannya bisa membawa virus keanekaragaman tapi tetap bersatu. Digambarkan dalam wahana yang berbeda-beda tapi tujuannya menikah,”terang Ryan dalam sambutannya.
Dan Taman Tempuran Cikal Piyungan yang hari ini sekaligus diresmikan tersebut sesungguhnya menjadi tempat pertemuan dua sungai (sungai) yakni Kali Gawe dan Kali Opak. Ibaratnya sebuah kekuatan besar dalam perpolitikan saat ini menghadapi Pemilihan Presiden.
“Namun dua kekuatan besar itu pasti bersatu untuk kemajuan bangsa. Dan sebagai masyarakat hendaknya tidak begitu saja pada hoax yang akhir-akhir ini banyak terjadi, “pintanya.
Usai pembukaan, keenam calon pengantin dominan berasal dari Bantul, bersiap menempati lokasi ijab mereka masing-masing. Pasangan tertua Utomo (57) dan Sri Mujiati (53), justru mendapat tempat ijab yang tinggi yakni di rumah pohon.
Sementara itu pasangan kedua, tampak bersiap di hammock tak jauh dari rumah pohon tersebut. Nurahman Popo (33) dan Dian Yulistianti (36) duduk santai di hammock warna abu-abu gelap. Keduanya menunggu sang penghulu yang sedang bergiliran menikahkan pengantin lainnya. Ada yang unik, ketika hammock kuning di depan mereka diduduki oleh penghulu dan seorang saksi. Terlihat kekhawatiran dan celotehan dari para pengunjung, takut tali atau hammocknya putus mengingat penghulu dan saksinya berbadan subur. Namun untunglah, pengucapan ijab oleh Nurahman berjalan lancar, dan tepuk tangan serta merta membahana dari berbagai sudut.
“Deg-degan. Tapi senang sekali hari ini. Memang sengaja ikut nikah bareng ini, tau kalau akan dilihat banyak orang. Gak apa-apa, pokoknya senang walau deg-degan terus, “ujar Nurahman diamini Dian yang sudah sah menjadi istrinya.
Tak berbeda jauh, rasa deg-degan dialami Sugiman (39), dan Siti Nur Khasanah (35). Calon pasangan ini harus naik di atas anjungan flying fox untuk menikah menggunakan tangga kayu, setelahnya wajib meluncur menggunakan flying fox ke sisi anjungan seberangnya berjarak 30 meteran. Tengok saja, pengantin perempuan harus memegang erat gaun panjang berwarna biru kombinasi pinknya agar tidak terjerat saat naik tangga. Gesit dan bersemangat. Ia juga mengenakan helm dan sabuk pelindung untuk flying fox. Tak perlu waktu lama, dia pun sampai atas anjungan flying fox, dan bergegas duduk karena wajahnya mendadak pucat takut ketinggian. Dengan sabar, ia menunggu calon suaminya dan penghulu datang. Dari puncak ketinggian 10 meteran, ijab qabul dilakukan dan disaksikan ribuan pasang mata dari bawah. Rangkaian acara kemudian, keduanya meluncur bergantian ke anjungan flying fox seberangnya.
Hal yang sangat mendebarkan adalah melihat pengantin perempuan meluncur. Bayangan gaunnya yang ribet, dengan ekor gaun yang panjang menjuntai cukup membuat khawatir para ibu yang mendadaninya. Namun dengan pede, ia pun meluncur. Sangat indah, pemandangan gaun yang lebar dengan ekor gaun yang merumbai dan menjuntai ke tanah semakin menawan.
“Ini kan momentum sekali seumur hidup, dan inginnya sampai tua. Jadi nikah yang unik , dan menantang kayak di flying fox ini ya menyenangkan. Hanya persiapan dua minggu lho untuk nikah ini, “ucap Siti Nur Khasanah kepada Joglosemarnews, Rabu (20/3).
Semakin seru ketiga pernikahan lainnya berada di wahana air. Menguji nyali pastinya karena kedalaman sungai 3 meteran, namun mereka sudah melakukan glady resik kemarin. Alhasil nikah bareng yang dilakukan Yuswantoro (36) dengan Ida Satriani (32) di atas kapal, Dwi Riyanto (35) dengan Sudarmi Dyah Wulandari (37) di atas speedboat, dan Bejo Ismaryono (42) dengan Melani Praptiningsih (39) naik kano berjalan lancar. Kesemua calon pengantin laki mengucapkan ijab qabulnya hanya sekali saja, langsung sah. Untuk mahar sendiri sudah disediakan oleh panitia yakni buah durian, seperangkat alat salat, bingkisan,cincin manten dan pembacaan Pancasila.
Selama 7, 5 tahun Fortais berperan sebagai wadah “mak comblang” alias pencarian jodoh, total sudah ada 7.350 pasangan yang berakhir sampai pernikahan. Kiki Dian Sunarwati