Beranda Daerah Karanganyar Kisah Pilu Bocah Penderita Hidrosefalus di Ngargoyoso Karanganyar. Tujuh Tahun Hanya Terbaring...

Kisah Pilu Bocah Penderita Hidrosefalus di Ngargoyoso Karanganyar. Tujuh Tahun Hanya Terbaring Lemah, Orangtua Pasrah Hanya Berharap Uluran Tangan Untuk Biayai Operasi 

Kondisi Muhammad Alfaidzin yang makin memprihatinkan. Foto/Wardoyo
Kondisi Muhammad Alfaidzin yang makin memprihatinkan. Foto/Wardoyo

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM Kisah pilu kaum papa menyeruak di Karanganyar. Seorang bocah berusia 7 tahun harus terbaring selama hampir 7 tahun setelah divonis mengidap penyakit hydrosefalus saat berusia tiga bulan.

Bocah laki-laki bernama Muhammad Alfaizin (7) itu hanya bisa terbaring lemah. Kepala yang semakin membesar, membuat Alfaizin hanya bisa menggerakkan badannya.

Saat JOGLOSEMARNEWS.COM menyambangi kediaman orang tuanya yang berada di Dusun Nglegok Rt 02 Rw 06 Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso Sabtu (31/8/2019), anak pasangan Suyanto (40) dan Warsiih (29), itu hanya terbaring dengan ditemani sang nenek dan adiknya.

Tubuhnya mengering dan mengurus tak sebanding dengan kepalanya yang terus membesar. Alfaizin hanya bisa terbaring sambil sesekali berguling ke kanan dan ke kiri.

Bocah malang itu juga belum lancar berbicara. Namun, sesekali hanya  mengeluarkan suara seperti mengoceh, seolah mengajak nenek dan ibunya yang selalu menjaganya untuk berbicara.

Warsih menuturkan saat divonis mengidap hydrosefalus, pihak keluarga membawa ke salah satu rumah sakit di Solo untuk diambil tindakan dengan operasi. Namun tim dokter saat itu, tidak berani melakukan operasi.

“Waktu pertama kali diketahui mengidap hydrosefalus, langsung saya bawa ke rumah sakit dan meminta untuk dilakukan operasi, tapi dokter tidak berani. Alasan dokter waktu itu, kalau dilakukan operasi, dikhawatirkan tidak ada (meninggal, red),” ujar Warsih Sabtu (31/08/2019).

Menurut Warsih, ditengah keterbatasan yang ada, sampai saat ini, berbagai upaya pengobatan sudah dilakukan, namun anak kesayangannya tersebut tidak kunjung sembuh.

Meski sang suami hanya bekerja sebagai buruh rosok, upaya penyembuhan terus dilakukan.

“Kalau soal pengobatan, semua sudah kami lakukan, tentu dengan segela keterbatasan dana. Dan hanya berobat jalan,” ujarnya.

Saat ini, keduanya berharap bantuan dari pemerintah yang hingga saat ini memang belum ada bantuan langsung dari pemerintah setempat.

“Sampai ini belum ada bantuan. Kartu KIS saja baru kami peroleh setahun lalu.Namun, dengan penyakit yang dialami anak saya,  tentunya dibutuhkan biaya ekstra untuk berbagai keperluan,” harapnya. Wardoyo