SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Konstelasi politik Sragen pasca munculnya rekomendasi PDIP yang mengusung Yuni-Suroto, mulai menghangat.
Koordinator Lingkar Kajian Strategi Kebijakan dan Perubahan Sragen (Lintas), Saiful Hidayat menilai saat ini nasib Pilkada Sragen tinggal bergantung pada keberanian parpol di luar koalisi PDIP dan PKB, untuk berkoalisi mengusung seteru bagi petahana.
Jika tidak, maka ia memprediksi bakal terjadi anomali politik dan kemarahan rakyat Sragen yang berpotensi dilampiaskan lewat kotak kosong.
Hal itu diungkapkan Saiful kepada wartawan, Rabu (26/2/2020). Ia mengatakan saat ini sudah ada kandidat yang siap maju yakni pengusaha sekaligus doktor kelahiran Kedawung, Sukiman dan Wabup Dedy Endriyatno dari PKS.
Keduanya juga sudah dipertemukan dan bersepakat siap maju ke Pilkada menantang petahana. Hanya saja, saat ini problem yang terjadi adalah kendaraan politik untuk mereka maju.
Sebab enam kursi yang dimiliki PKS, belum cukup untuk bisa mengusung calon. Setidaknya dibutuhkan tiga kursi lagi sehingga harus ada dukungan parpol lain.
“Sementara saat ini petahana kelihatannya juga gencar melobi parpol-parpol untuk tidak mengeluarkan rekomendasi selain ke petahana. Ini yang jadi PR kita. Makanya ini kita kembalikan ke partai-partai apakah mereka takluk oleh lobi petahana, atau berani bersatu melawan demi Sragen,” paparnya.
Ia memandang keseriusan parpol di luar PDIP dan PKB, saat ini tengah dinanti. Ketika semangat menciptakan rivalitas parpol yang sebelumnya kesulitan mencari kandidat, menurutnya sebenarnya problem itu sudah teratasi karena kandidat yang siap itu sudah ada.
Saiful menyebut saat ini tinggal itikad dari para elite parpol untuk bagaimana bisa berkoalisi mengusung calon potensial yakni Sukiman dan Dedy itu ke kontestasi Pilkada.
“Kalau itu sudah ditempuh, Insyaallah peluang menang cukup besar. Kalau partai punya keyakinan mengusung, teori kita untuk raih kemenangan juga tidak sulit,” katanya.
Sebaliknya, Saiful mengatakan apabila partai-partai justru tidak mau mengusung dan malah berbalik mendukung petahana maka ia meyakini bakal terjadi potensi anomali politik di Sragen.
Menurutnya ketika petahana melenggang tanpa lawan menurutnya rakyat pasti akan melihat bahwa ada sesuatu dibalik sikap partai- partai yang ada.
“Ketika potensi mengusung calon itu sudah ada tapi kok sampai nanti lawan kotak kosong, maka yang rugi partai sendiri. Dengan partai bisa mengusung kok malah mendukung petahana, masyarakat akan bertanya-tanya ada apa di balik itu. Masyarakat pasti akan marah dan bukan tidak mungkin kotak kosong yang akan jadi pelampiasannya dan menang,” tandasnya.
Ia menguraikan dengan koalisi PDIP-PKB yang sudah positif mengusung petahana, saat ini peluang mengusung rival sebenarnya masih cukup terbuka.
Di luar Demokrat yang hampir pasti merapat petahana, Saiful menyebut masih ada parpol yang berpeluang berkoalisi yakni PKS, Gerindra, Golkar, Nasdem dan PAN.
“Kalau PAN meski sudah ada statemen mendukung petahana, tapi pengurusnya yang lain masih condong usung calon lain. Makanya kita tunggu pergerakan dan perkembangan parpol-parpol itu. Kami yakin, mudah-mudahan kendaraan akan didapat dan kandidat yang sudah siap ini nanti bisa maju. Taruhlah PDIP PKB dan Demokrat totalnya 25 kursi. Sisanya kan masih ada partai dengan 20 kursi yang bisa mengusung. Mestinya kalau demokrasi yang sehat akan punya semangat menciptakan kompetisi yang sehat,” terangnya.
Sementara, sebelumnya, Cabup PDIP yang juga petahana, Kusdinar Untung Yuni Sukowati mengaku tak begitu menyoal apakah nanti bakal melawan kotak kosong atau bakal ada rival nyata yang akan bertarung.
Yang pasti, dirinya sudah siap mengemban amanah partai dan siap menang.
“Apapun saya harus mengemban amanah yang sudah diberikan partai. Mau ada lawan atau melawan kotak kosong semuanya harus dijalani dan harus menang. Karena optimis itu adalah bagian dari perjuangan,” paparnya ditemui di ruang kerjanya belum lama ini.
Sementara, sebelumnya Ketua DPC PDIP Sragen, Untung Wibowo Sukowati tetap meyakini jika nanti Pilkada Sragen tak akan lawan kotak kosong. Legislator Provinsi Jateng itu menyebut kemungkinan lawan kotak kosong amatlah kecil.
Sebab ia meyakini karakteristik politik di Sragen sangat dinamis sehingga pasti akan ada lawan yang nanti ikut berkompetisi di Pilkada Sragen 2020.
”Tidaklah, kalau melawan kotak kosong, pasti nanti akan ada lawannya,” paparnya belum lama ini.
Menurut pria yang akrab disapa Bowo itu, perolehan kursi partai-partai lain masih sangat memungkinkan untuk membentuk koalisi dengan mengusung calon.
Selain itu, karakteristik politik di Sragen selama ini dikenal dinamis sehingga tidak akan membiarkan petahana maju sendirian tanpa lawan. Wardoyo