SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Beda pernyataan Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Joko Widodo, dua tahun lalu dengan kenyataan saat ini menjadi bahan perbincangan.
Hanya dalam rentang waktu dua tahun, Gibran yang awalnya dikenal sebagai pebisnis yang terbilang sukses, kini menyandang predikat baru sebagai calon wali kota Solo.
Namun yang menjadi perbincangan bukan peralihan dari bisnis ke politik, melainkan pernyataan ayah Jan Ethes yang semula menolak berpolitik, namun kini justru langsung membidik kursi wali kota.
Berawal dari unggahan Mardigu Wowiek Prasantyo di akun Instagram miliknya, @mardiguwp, yang memajang judul berita sebuah media online.
Berita berjudul “Gibran: Kasihan Rakyat Kalau Ada Dinasti Politik” itu tayang di laman kumparan.com pada 11 Maret 2018.
Dalam keterangannya, Mardigu menuliskan, “Ini panggilan rakyat yang di dengar di istana. Solo perlu pemimpin muda, selamat dan sukses”.
Politik Bukan Bidangnya
Sementara pada berita tersebut, Gibran mengatakan jika dirinya tidak tertarik dengan dunia politik karena bukan kemampuannya.
“Sekolahnya bukan sekolah politik, bukan bidangnya,” kata Gibran seperti dikutip kumparan dalam berita.
Dia juga membantah jika ayahnya, Presiden Jokowi sedang mencoba membangun sebuah dinasti politik.
“Dinasti apa? Bapak saja enggak punya partai, kok pengen (bikin) dinasti,” ujar Gibran pada 11 Maret 2018.
Nama Gibran saat itu sudah mulai santer disebut bakal mengikuti jejak sang ayah yang terjun ke dunia politik dari awalnya seorang pengusaha.
Tertarik Terjun ke Politik
Namun hanya selang beberapa bulan, pada 8 Desember 2018, Gibran berucap memiliki ketertarikan menjadi politisi di kemudian hari.
Kala itu Gibran memandang dengan menjadi politisi dirinya bisa membantu masyarakat secara lebih luas dibandingkan jika hanya menjadi pengusaha.
“Kalau ingin menyentuh banyak orang, harus terjun ke dunia politik, kebijakan yang pro rakyat, sehingga bisa menyentuh banyak orang,” ujar Gibran dikutip Tribunnews, 8 Desember 2018.
“Pengusaha yang sukses itu harus ada yang namanya pengembalian ke masyarakat. Harus ada yang namanya pengabdian ke negara dan itu menurut saya sodaqoh, menurut saya, pengusaha bisa jadi politikus tapi politikus belum tentu bisa jadi pengusaha,” lanjutnya saat itu.
Serahkan Bisnis ke Adik
Keseriusan terjun ke politik ditunjukkan Gibran dengan pernyataannya bakal menyerahkan usaha yang telah dirintisnya kepada sang adik, Kaesang Pangarep. Pernyataan itu disampaikan Gibran pada 6 Oktober 2019.
“Yang namanya bisnis kan bisa dijalankan orang lain, sekarang Kaesang sudah lulus, sudah bisa saya delegasikan ke Kaesang, minggu depan dia lulus,” ujar Gibran kala itu, seperti dikutip Tempo.co.
Saat itu, Gibran belum mau mengungkapkan alasannya terjun ke dunia politik dan melepas kerajaan bisnisnya.
Namun Gibran menjawab tegas jika keputusannya itu tidak didasari kesuksesan karier politik sang ayah. “Tidak ada hubungannya sama Bapak,” ujarnya kala itu.
Bisa Menang Bisa Kalah, Bisa Dicoblos Bisa Tidak
Setelah memantapkan diri terjun ke politik, Gibran berulang kali membantah adanya dinasti politik yang dibangun Presiden Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Pada 5 Januari 2020, Gibran kembali menegaskan pencalonannya di Pilkada Solo bukan bentuk dinasti politik karena dirinya tetap bisa kalah.
“Saya dalam pencalonan ikut kontestasi calon Wali Kota Surakarta 2020 bisa menang dan bisa kalah, bisa dicoblos bisa tidak,” kata Gibran seperti dikutip Antaranews.
Gibran kala itu menjelaskan jika dirinya ikut mencalonkan diri dalam Pilkada Solo tidak ditunjuk oleh presiden dan melalui semua tahapan seperti calon lainnya.
Kini, Gibran telah resmi menjadi calon wali kota Solo di Pilkada Solo 2020 setelah mendapat rekomendasi dan diusung PDIP, berpasangan dengan Teguh Prakosa sebagai calon wakil wali kota.
Jika kemudian terpilih, maka Gibran semakin dekat mengikuti jejak sang ayah. Berawal dari pebisnis, kemudian memasuki dunia politik sebagai wali kota. Vidya Perdana