SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Paseduluran Keluarga Besar Sragen (PKBS) terus menggeber kegiatan kemitraan untuk mewujudkan program sirkular ekonomi pedesaan di Kabupaten Sragen.
Setelah pencanangan budidaya kedelai edamame di Desa Kecik, Kecamatan Tanon, paguyuban yang mewadahi pengusaha dan pakar-pakar kelahiran Sragen itu kembali melanjutkan programnya dengan merintis budidaya sweet shorgum di wilayah Kalijambe.
Desa Sambirembe dipilih menjadi pilot project sweet shorgum dengan luasan awal dua hektare. Pencanangan program sirkular ekonomi budidaya sweet shorgum ditandai dengan penanaman langsung oleh Ketua Umum PKBS, Tedy Sudjarwanto, bersama jajaran pengurus, Muspika dan Pemdes setempat, Kamis (27/8/2020).
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Tedy mengatakan Sambirembe dipilih untuk budidaya sweet shorgum karena dinilai cocok dari berbagai aspek.
Pertama, karakter tanah di Sambirembe termasuk tandus sehingga cocok untuk tanaman sweet shorgum yang tak butuh banyak air.
Kedua, ia memandang karakter petani di desa itu bukan militan karena sebagian mulai memilih alternatif usaha furniture.
“Mindset ini harus dirubah. Karena di situasi pandemi ini, orang butuh makan. Pangan jadi kebutuhan utama. Sekarang lihat, di sana penjualan furniture turun. Inilah saatnya mengajak petani di sana memanfaatkan lahan untuk ditanami sweet shorgum. Karena situasi pandemi global, semua negara butuh pangan dan impor pangan dibatasi. Inilah kesempatan lokal untuk berbuat,” paparnya.
Alasan lainnya, saat ini Indonesia masih mengalami defisit cukup tinggi akan komoditas gandum atau tepung terigu. Tedy menyampaikan dari tahun ke tahun, kebutuhan impor gandum negeri ini makin naik.
Data yang diterimanya, tahun 2018 kebutuhan impor gandum Indonesia 10,1 juta ton. Lalu di 2019, meningkat menjadi 10,6 juta ton. Dan di tahun 2020 diprediksi kebutuhan impor gandum kembali naik di angka 11,46 juta ton.
Menurutnya, tren kenaikan defisit gandum itu sebenarnya peluang besar yang bisa ditangkap oleh petani lokal lewat budidaya sweet shorgum.
“Fakta lain orang Indonesia itu senang bikin roti. Makanya kebutuhan terigu atau gandum tinggi. Kenapa tidak kita tanam sendiri,” terangnya.
Ia menjelaskan apalagi di Sambirembe selama ini banyak tanah atau sawah yang nganggur tak ditanami karena tandus.
Dengan ditanami sweet shorgum, maka akan menghasilkan pendapatan berlipat bagi petani. Tedy menggambarkan tanaman sweet shorgum punya kelebihan karena semua bagiannya bisa dimanfaatkan.
“Peresannya itu jadi gula cair fluktosa, batangnya bisa untuk pakan ternak, juga utk energi pabrik-pabrik pelet ikan dan bahan bakar kompor. Lalu buahnya sorgumnya jadi tepung terigu atau nasi. Inilah yang dinamakan sirkular ekonomi. Dari sweet shorgum bisa menggerakkan usaha lainnya yang semuanya bermuara pada hasil dan menguntungkan,” terangnya.
Sekjen PKBS, Agus Mulyadi menggambarkan untuk satu hektare tanaman sweet shorgum dengan usia budidaya 95 hari, maka estimasinya total bisa menghasilkan pendapatan Rp 100 juta. Angka itu didapat dari total hasil mulai dari buah shorgumnya, batang dan perasan airnya.
Kehadiran PKBS, akan memberikan pendampingan sekaligus menyuplai mulai dari bibit, pupuk hingga jaminan pemasaran atau pasca panen.
“Jadi ada jaminan sehingga petani tenang. Bibit kita yang suplai, pupuk, lalu nanti ada pendampingan dari tim kami. Penjualan nanti kita bantu. Tujuannya agar pendapatan petani makin terangkat. Makanya PKBS tanggunjawab bener. Di Sambirembe itu lahan awalnya yang ditanami kemarin sekitar 2 hektare. Harapannya nanti petani lain bisa ikut membudidayakan,” tandasnya. Wardoyo