SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ibarat sebuah pepatah, kalau sudah rezeki tak akan lari. Ungkapan tersebut selaras dengan pedagang tanaman hias di Kampung Pelangi, Semarang.
Ketika banyak sektor merasa rugi selama masa pandemi Covid-19 ini, namun hal itu tidak begitu dialami oleh para pedagang tanaman hias di Kampung Pelangi ini.
Pasalnya, di era new normal ini, tanaman hias menjadi favorit kebanyakan orang seiring dengan kebijakan work from home (WFH).
“Saat WFH, banyak orang yang butuh aktivitas yang menghibur. Rata-rata dari mereka adalah berkebun,” ujar Rahati Puji Setiawati, salah satu pedagang tanaman hias kepada Joglosemarnews.
Wati menjelaskan, di awal-awal pandemi memang pemasukan dari usahanya merosot jauh. Hal itu terjadi karena berkurangnya pembeli, bahkan untuk membayar para karyawan mereka tidak mampu.
“Itu memang wajar karena banyak orang takut keluar rumah,” ujar Wati kepada Joglosemarnews.
Untungnya di awal pandemi pedagang tanaman hias dibebaskan dari beban biaya retribusi selama tiga bulan. Ketika memasuki masa new normal pemerintah juga memberikan keringanan biaya retribusi yaitu pembayaran separuh harga dari harga yang ditetapkan sebelumnya.
Kios yang digunakan para pedagang merupakan milik pemerintah bukan milik perorangan, sehingga kios tersebut tidak dapat dipindah tangan dan para pedagang harus membayar biaya retribusi kios.
Di masa new normal para pedagang tanaman hias di kampung pelangi mendapatkan kenaikan omzet jika dibandingkan dengan di awal pandemi.
Pada bulan Juni misalnya, mereka mulai mendapatkan pembeli dengan jumlah yang cukup banyak, hal ini membuat para pedagang yang awalnya tidak memiliki pendapatan kemudian setelah pemerintah menerapkan new normal mereka mulai kembali memiliki pendapatan,
Meskipun begitu, pendapatan yang mereka dapat di masa new normal ini tidak sebanding dengan pendapatan di masa sebelum pandemi.
Harga yang ditawarkan untuk tanaman hias dimulai dari Rp 5.000 sampai jutaan rupiah. Selama masa pandemi para pedagang menaikkan harga tanaman, hal tersebut dilakukan karena terbatasnya stok tanaman yang disediakan pemasok. Untuk pemasok sendiri, berasal dari daerah Bandungan, Kediri, Blitar, Malang, Bandung, dan Bogor.
Harapan dari para pedagang, semoga pertumbuhan ekonomi cepat membaik dan memberikan dampak baik bagi para pedangan tanaman hias. Serta pemerintah bisa selalu cepat tanggap dalam menajalankan program-program positif untuk pertumbuhan ekonomi dimasa pandemi. Lupita – Wandani