KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus pembunuhan dan pengeroyokan yang menewaskan Ridwan (19) warga Desa Kwangsan, Jumapolo yang juga pesilat PSHT itu mendapat sorotan khusus dari perguruan silat tersebut.
Ketua PSHT Cabang Kabupaten Karanganyar, Suhanto SH mengaku prihatin dan duka mendalam terhadap kasus tersebut, yang menewaskan seorang pendekar muda yang baik hati pendiam dan santun.
“Kami atas nama Ketua PSHT Cabang Kabupaten Karanganyar, Jateng sangat prihatin dan menyatakan duka mendalam atas apa yang dialami warga PSHT,” tandas Suhanto SH kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , Minggu (23/5/2021).
Menurut Suhanto, pihaknya mendoakan almarhum semoga khusnul khotimah dan diberikan tempat yang mulia di sisi Tuhan.
Diakui Suhanto, berdasar informasi yang ada, korban dikenal baik hati, pendiam dan santun. Apalagi, almarhum diketahui ilmu silatnya sudah tinggi dan termasuk pendekar, sehingga kabar pengeroyokan dan pembunuhan tersebut membuat kaget warga PSHT.
Meski demikian, Suhanto menegaskan kasus yang sampai menewaskan anggotanya itu merupakan ranah pribadi dan bukan organisasi.
Sementara pengusutan lebih lanjut atas kasus tersebut, menurut Suhanto, murni ranah tindak pidana, dan merupakan kewenangan penuh lembaga hukum, baik polisi, kejaksaan maupun pengadilan.
Untuk itu, Suhanto meminta warga PSHT menahan untuk tidak terpancing provokasi. Sekalipun, korban adalah adalah warga PSHT.
“Kami mohon semua warga PSHT terutama di Karanganyar menahan diri. Jangan emosi dan terpancing provokasi karena kasus ini lebih ke ranah pribadi, bukan organisasi,” ungkapnya.
Menurut Suhanto siapapun pelakunya harus dihukum setimpal, apalagi pembunuhan itu diduga kuat sudah direncanakan dan sebelumnya dilakukan dengan cara pengeroyokan melibatkan lebih dari satu orang.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Ridwan (19) dikeroyok dibunuh di kawasan Jungke, Karanganyar, Jateng, Minggu (16/5/2021) dini hari.
Setelah dinyatakan meninggal dunia, mayat korban sempat diinapkan sehari di rumah salah satu dari lima orang terduga pelaku guna mencari tempat untuk membuang mayat Ridawan.
Keesokan harinya, dengan menggunakan mobil Panter, mayat Ridwan dibawa ke kawasan lereng Gunung Lawu di Kecamatan Ngargoyoso, namun karena dianggap tidak aman, akhirnya mayat Ridwan digeser dan diarahkan dibuang di Kecamatan Jatiyoso.
Mayat pun sempat dibuang di Jatiyoso, namun karena pertimbangan keamanan, akhirnya mayat Ridwan diambil lagi dan akhirnya mayat dibuang di bawah jembatan Mranten Desa Tugu yang merupakan perbatasan Kecamatan Jumantono, Karanganyar dengan Kecamatan Polokarto, Sukoharjo.
Setelah mayat dibuang tepat di bawah jembatan Mranten, sedangkan sepeda motor Honda Skupy milik korban dibuang disemak-semak dekat jembatan dengan tujuan agar jika mayat itu ditemukan orang, memberikan kesan kecelakaan lalu-lintas, bukan pembunuhan.
Keesokan harinya warga setempat menemukan mayat tersebut, sehingga kondisi menjadi heboh. Beni Indra