Beranda Umum Opini Meningkatkan Pemanfaatan Limbah Plastik

Meningkatkan Pemanfaatan Limbah Plastik

Rina Irawati / dok pribadi

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang padat. Kepadatan penduduk tersebut akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Apabila jumlah penduduk meingkat maka kebutuhan akan jumlah papan, sandang dan pangan di Indonesia pastinya akan meningkat pula.

Hal ini dperkuat oleh pendapat (Suhadi, 2010), di mana peningkatan populasi manusia menyebabkan permintaan pangan selalu bertambah. Disamping itu, kompleksnya kebutuhan dan peningkatan pola hidup masyarakat memacu perkembangan berbagai industri.

Pertambahan kebutuhan panduduk yang meningkat dengan segala aktivitasnya pastinya akan banyak faktor yang ditimbulkan, baik faktor positif maupun negatif.

Salah satu faktor negatif dari meningkatnya jumlah kebutuhan papan, sandang, dan pangan yaitu melonjaknya jumlah sampah di Indonesia, terlebih lagi sampah plastik yang sangat mudah ditemukan disekitar kita.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya data kebutuhan plastik di Indonesia yang terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun.

Tahun 2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di tahun 2010, 2,4 juta ton,dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton.

Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini pastinya akan bertambah pula sampah plastik yang dihasilkannya.

“Berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total sebanyak 189 ribu ton sampah/hari. Dari jumlah tersebut 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari” (Fahlevi, 2012).

Melihat data di atas, maka dapat dilihat bahwa lingkungan yang ada di sekitar kita tentu banyak sekali limbah plastik yang belum didaur ulang dan hanya dibuang begitu saja ke tempat sampah.

Atu kalau tidak, juga dibuang begitu saja di tempat sembarangan di lingkungan sekitar yang dengan tidak sadar akan menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Rahyani, 2011.

“Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang (lanffill), dibakar atau didaur ulang (recycle). Proses tersebut belum menyelesaikan semua permasalahan limbah plastik, apabila dibakar pada suhu rendah, limbah plastik menghasilkan senyawa yang berbahaya yang bersifat karsinogen seperti poly chloro dibenzodioxins dan poly chloro dibenzofurans” (Rahyani, 2011).

Pembakaran juga menimbulkan polutan dari emisi gas buang (CO2, CO, NOx, dan SOx) dan beberapa partikulat pencemar lainnya sehingga diperlukan cara pengolahan yang lebih efektif.

Limbah Plastik

Dari permasalahan sampah khususnya sampah plastik pembungkus makanan (seperti bungkus gula, bungkus es dan sejenisnya) dan kantong plastik yang kian hari makin bertambah ditempat pembuangan sampah, maka banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengkonversi material-material sampah plastik tersebut untuk menghasilkan bahan bakar (Farid,2010).

Limbah plastik yang semakin hari semakin meningkat dan tanpa pemanfaatan pengolahan kembali serta  minimnya perhatian masyarakat serta pemerintah, yang dalam hal ini desa Tawangsari, Teras Boyolali terispirasi untuk mengolah sampah plastik menjadi barang yang lebih berguna seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mempunyai nilai jual.

Selain merupakan upaya yang ramah lingkungan, hal ini juga relevan untuk meningkatkan pendapatan Desa Tawangsari, Teras, Boyolali yaitu di Camp Bell 2 Edupark.

Penulis tertarik mempelajari kegiatan yang dilakukan dan melakukan observasi langsung ke tempat produksi BBM dari limbah plastik putih ini.

Di mana cara pembuatan BBM dari limbah plastik putih yang dilakukan dengan memilah limbah plastik. Dalam pembuatan BBM ini, tidak sembarang plastik digunakan, plastik yang dipakai yanitu plastik yang bening dan tidak berwarna.

Kedua, mencuci limbah plastik dan mengeringkannya. Untuk menghasilkan BBM yang baik plastik yang akan diolah selain harus bening juga harus bersih dari kotoran, untuk itu plastiknya dicuci kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari.

Ketiga, Limbah plastik dipanaskan didalam tong reaktor (maksimal 12 kg plastik) yang tertutup rapat untuk menghasilkan uap polimer (polimer terbentuk dari rantai hidrokarbon yang merupakan bahan penyususn minyak).

Ketiga, uap masuk dalam destilator dan mengalami proses pendinginan dengan heat exchanger sederhana dengan media air. Terakhir, uap yang dihasilkan ditampung pada 3 kondensor dan terolah menjadi minyak.

Alat pengolahan sampah plastik menjadi BBM “petik Jami” secara proses closed loop thermal dengan memanfaatkan thermal pressure, hasilnya plastik terolah menjadi fasa cair yang dapat dimanfaatkan menjadi BBM.

Dalam prosesnya tidak ditemukan emisi dari sumber pembakaran terbuka dalam proses pengolahan plastik menjadi bahan bakar alternatif. Sekali pembuatan membutuhkan 3-4 jam dari plastik menjadi BBM.

Hasil residu pembakaran plastik ini juga bisa digunakan sebagai bahan batu bata yang telah teruji pula dan layak diguanakan sebagai bahan bangunan. 1 batu bata sekitar 7-8 kg plastik yang dibakar

Pengolahan limbah plastik menjadi BBM yang dilakukan sangat bermanfaat dan bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, terlebih lagi di dunia science.

Mempelajari alam berserta isinya dan proses pemeliharaannya adalah salah satu hal yang harus dipelajari dalam science. Oleh karena itu kegiatan seperti ini kedepannya harus dapat dikembangkan, melihat ketersediaan minyak bumi semakin menipis karena penambangan yang terus menerus dilakukan sedangkan untuk pemulihan minyak bumi membutuhkan waktu yang sangat lama.

Hal itu tentunya tidak sebanding antara banyaknya minyak bumi yang diambil dengan lamanya pemulihan minyak bumi. Sehingga adanya pemanfaatan limbah plastik ini menjadi solusi bagi kita semua.

Di samping dapat mengurangi polusi tanah,  dapat pula menjadi energi alternatif bagi Indonesia.   (*)

Rina Irawati

Mahasiswa S2 Pendidikan Sains Pascasarjana FKIP UNS Surakarta