SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah booming usai mampu menyembuhkan pasien positif covid-19 di Sragen, obat Ivermectin langsung diburu banyak kalangan.
Tak hanya warga dan kerabat pasien positif, kalangan Kapolres pun juga ikut memburu untuk penyembuhan anggota yang terpapar.
“Saya tadi baru jalan, Bu Kapolres Tegal telepon. Pak anggota saya banyak, saya jawab oke saya akan beri. Aku kasih,” papar mantan Bupati Sragen atau Bupati Sepuh, Untung Wiyono kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di hadapan awak media di Ndayu Park, Rabu (30/6/2021).
Mantan Bupati Sragen periode 2001-2011 itu menyampaikan keampuhan Ivermectin sudah dibuktikan di Sragen.
Sejauh ini, ia menyebut sudah 1.000 warga atau pasien positif yang sembuh usai dibantu gratis Ivermectin oleh relawan-relawannya.
Hanya, ia menilai fakta keampuhan itu menjadi kendala baru ketika keberadaan obat itu ternyata belum tersedia di pasaran. Padahal saat ini banyak masyarakat yang memburu Ivermectin.
“Tadi banyak yang sudah ke apotek-apotek tapi memang belum ada. Sekarang di online ada. Tapi harganya kalau nggak salah Rp 300.000 atau Rp 350.000. Padahal harganya paling mahal paling cuma Rp 250.000. Perbutir Rp 7.000 yang generik,” terangnya.
Atas fakta itu, ia pun mendesak agar pemerintah melalui otoritas terkait segera turun tangan berkoordinasi untuk mempercepat produksi massal Ivermectin.
BPOM dan Menkes diharapkan segera berkolaborasi dengan Menteri BUMN untuk kepentingan itu.
“Saya tanya ke dokter internis ada nggak side efek, jawabnya belum pernah ada yg mati apak minum obat ini. Ini memang obat antiparasit atau obat cacing, tapi sudah dipakai 40 tahun. Kami sudah membuktikan di lapangan. Mudah-mudahan ini didengar oleh BPOM dan Menkes. Segera kolaborasi dengan Kementerian BUMN. Merekalah nanti pahlawannya. Tiga kementerian ini harus cepat memutuskan bahwa ini (Ivermectin) segera diproduksi dan bisa dibeli masyarakat umum,” terangnya.
Salah satu warga Sragen, Kuswijayanto menuturkan sudah berkeliling ke apotek-apotek di Sragen untuk membeli Ivermectin. Namun tidak ada satu pun yang memiliki dan menjual obat itu.
“Sudah tadi saya keliling untuk nyari obat Ivermectin itu. Nggak ada apotek yang punya,” tuturnya.
Senada, Bambang, Ketua RT di Solo juga terpaksa hadir ke Sragen untuk meminta bantuan Ivermectin ke relawan di Ndayu Park. Sebab dari pencariannya ke apotek-apotek juga belum ada yang menjual.
“Ada kerabat kami yang positif dan isoman. Saya sudah mencoba mencari ke apotek-apotek tapi juga nggak ada yang jual,” tuturnya.
Meroket Gila-Gilaan
Sementara seusai booming menjadi terapi penyembuh Covid-19, harga ivermectin mendadak meroket selangit. Jauh dari harga banderol Rp 5.000 sampai Rp 7.000 yang direncanakan pemerintah.
Mengutip Tribunnews.com, di beberapa e-commerce atau marketplace pada Rabu (30/6/2021), harga Ivermectin dibanderol jauh di atas harga normal.
Di Shopee misalnya, harga per setrip (isi 10 tablet) produk dengan merek dagang Ivermax 12 mg tersebut ada yang dibanderol hingga Rp 530.000.
Namun, kebanyakan seller mematok harga Rp 200.000-an hingga Rp 350.000-an.
Salah satu toko dengan penjualan Ivermax paling laris di Shopee mamatok harga obat dengan izin edar sebagai obat cacing itu Rp 299.999. Seller tersebut sudah menjual 290 Ivermax.
Sementara itu, di Tokopedia, obat Ivermax dibanderol dengan harga tertinggi Rp 425.000 per setrip.
Rata-rata harga penjualan produk Ivermax di Tokopedia mulai dari Rp 250.000 hingga Rp 350.000 per setrip.
Produk dengan harga Rp 250.000 paling laris dibeli dengan total transaksi 305 pembeli.
Adapun di Bukalapak, produk Ivermax dijual dengan kisaran harga Rp 260.000 sampai Rp 400.000 per setrip.
Adapun lokasi toko online tersebut mayoritas berada di Jakarta. Selebihnya berada di Tangerang, Bandung, Surakarta, Surabaya, Jombang, Pasuruan, dan Situbondo.
Sementara penelusuran di sejumlah apotek, ivermectin dijual dengan harga yang juga jauh melebihi banderol yang disebut Erick Thohir.
Ada yang langsung mematok harga tinggi sekitar Rp 200.000. Ada juga apotek yang menanyakan resep dokter dan menolak pembelian bebas.
Produksi Massal
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyatakan pemerintah telah menyiapkan produksi massal untuk obat jenis Ivermectin.
Tak tanggung- tanggung, ia menyebut jutaan butir Ivermectin akan diproduksi dalam waktu dekat ini.
Produksi massal akan dilakukan setelah uji klinis selesai.Uji klinis Ivermectin sebagai terapi Covid-19 telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Pemerintah berencana memproduksi 4,5 juta butir obat tersebut usai proses uji klinis.
“Kami sudah siapkan produksi sebesar 4,5 juta, kalau memang ternyata baik tentu produksi ini akan digenjot,” kata Erick Thohir saat konferensi pers virtual, Senin, 28 Juni 2021 di Jakarta.
Produksi massal Ivermectin dilakukan untuk membantu masyarakat mendapat obat dan terapi murah di tengah meningkatnya kasus Covid-19 di Indonesia.
Kebijakan ini akan diambil setelah hasil uji klinis diputuskan. Erick Thohir melanjutkan dalam kondisi kritis seperti sekarang, masyarakat sangat memerlukan kepastian untuk memperoleh obat.
Pemerintah juga terus memantau ketersediaan obat termasuk oseltamivir dan Pafiviravir.
Oseltamivir adalah merupakan obat untuk mengatasi infeksi virus influenza tipe A seperti flu burung atau tipe B.
Sementara Pafiviravir masuk dalam obat terapi Covid-19. Proses uji klinis Ivermectin dilakukan di delapan rumah sakit di Jakarta, Pontianak dan Medan. (Wardoyo/Tempo.co)