KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Meski masih pandemi, tradisi ritual Wahyu Kliyu di Dusun Kendal, Desa Jatipuro, Kecamatan Jatipuro, Karanganyar tetap digelar.
Hanya saja, ritual tahunan yang sudah turun temurun itu dilaksanakan sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Jika biasanya warga serempak melempar apem, kini warga melemparnya bergiliran agar tidak terjadi kerumunan.
Tiap sesi diikuti warga dari lima wilayah RT. Kesempatan pertama diawali Bupati Karanganyar Juliyatmono yang sengaja mengikuti prosesinya pada Selasa malam (24/8/2021).
Tepat pukul 24.00 WIB, kue apem yang sudah disiapkan, dilempar ke pelataran rumah pemangku adat di Dusun Kendal.
Lemparan demi lemparan dengan melafalkan ‘Wahyu Kliyu’ begitu seterusnya sampai apem di wadah habis.
Tiap keluarga menyiapkan setenggok kue apem yang disiapkan sejak Selasa pagi. Melafalkan ‘Wahyu Kliyu’ sambil melempar kue apem berlangsung sekitar setengah jam.
Setelah itu, siapapun boleh mengambilnya lagi. Konon dipercaya dengan menyantap kue apem Wahyu Kliyu, maka dapat menangkal pagebluk.
Upacara adat Wahyu Kliyu dilakoni masyarakat setempat sejak nenek moyangnya. Tradisi ini berlangsung rutin tiap 15 Muharam penanggalan Hijriyah.
Dulunya, Wahyu Kliyu identik dengan tradisi masyarakat setempat. Namun kini merupakan agenda resmi event budaya Kabupaten Karanganyar.
Tokoh adat Dusun Kendal, Rakino mengatakan Wahyu Kliyu menjadi momentum masyarakat setempat memanjatkan doa.
Berbagai pengharapan dipanjatkan seperti lancar jodoh, murah rezeki dan terhindar dari penyakit.
Dalam kesempatan itu, tak henti-hentinya warga berdoa agar Pandemi Covid-19 segera berakhir dan ibu pertiwi kembali bangkit. Wahyu Kliyu juga momentum para perantau pulang kampung.
“Yang biasanya merantau, justru pulang ke kampung halaman saat Wahyu Kliyu. Bersama keluarga mengikuti prosesinya,” kata Rakino kepada wartawan.
Pengucapan Wahyu Kliyu sebenarnya dari bahasa arab, yakni Yaa Hayyu Yaa Qayyum yang artinya meminta kehidupan dan kekuatan dari Allah.
Rakino mengatakan sebelum berpuncak pada pelemparan apem, juga diselenggarakan pentas wayang kulit. Panitia menata agar protokol kesehatan diterapkan.
“Pentasnya sampai jam 24.00 WIB. Itupun dengan memasang layar dan proyektor di beberapa titik. Supaya tidak mengumpul semua di depan panggung. Memecah kerumunan ke beberapa tempat. Pelemparan apem dilaksanakan dua sesi. Enggak di satu kesempatan saja,” katanya.
Bupati Karanganyar Juliyatmono mengatakan, pihaknya sengaja meniadakan pawai potensi desa dalam rangka menyambut Wahyu Kliyu.
Biasanya, pawai ini diikuti ratusan warga se-Kecamatan jatipuro pada sore hari sebelum lempar apem. Tercatat sudah dua kali pelaksanaan menerapkan prokes ketat, yakni pada tahun 2020 dan 2021.
“Upacara adat dan penghargaan ini diniati untuk mengusir segala marabahaya. Masyarakat sehat dan rezekinya sempulur. Atas nama Pemkab Karanganyar, saya senang dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,” Juliyatmono.
Di dalam situasi Covid-19 ini, Bupati mengapresiasi acara tetap terselenggara namun dengan menekankan prokes.
“Apem itu dari kata apuro atau permohonan ampun. Dengan momen ini kita berdoa semoga Allah segera melenyapkan Covid-19,” pungkasnya. Wardoyo