Beranda Nasional Jogja Telaga Jonge di Gunungkidul Disulap Jadi Objek Wisata Nan Mempesona

Telaga Jonge di Gunungkidul Disulap Jadi Objek Wisata Nan Mempesona

Telaga Jonge / tempo.co

GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setiap ceruk di Kabupaten Gunungkidul kini mulai dipoles menjadi objek dan destinasi wisata yang menawan.

Salah satunya adalah objek wisata telaga jonge. Dulu, telaga ini tidak terawat dan sering kering di musim kemarau.

Kini, telaga Jonge telah disulap menjadi telaga yang bersih, hijau, asri dan sejuk dengan pepohonan yang rindang.

Apalgi, lokasinya tak jauh dari pusat Kota Wonosari menjadikannya satu di antarapilihan rekreasi keluarga.

Berada di Pedukuhan Kuwangen Lor, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Telaga Jonge bisa dicapai hanya 10 menit dari Kota Wonosari, atau sekitar 2 jam dari pusat Kota Yogyakarta.

Posisinya yang dekat dengan permukiman tak lantas membuatnya riuh.

Justru rimbunnya pepohonan memunculkan suasana sejuk, hening, bahkan syahdu bagi para pengunjung.

Rupanya, Telaga Jonge yang luasnya 3.700 meter persegi ini menyimpan kisah sejarah menarik.

Seperti yang diungkapkan Pengelolanya, Budi Raharjo.

“Konon ceritanya telaga ini dulu jadi tempat pelarian punggawa Majapahit bernama Ki Sidik Wacono,” tutur Budi pada wartawan belum lama ini.

Ki Sidik lari ketika kekuasaan Majapahit mulai runtuh.

Awalnya ia tiba di Tepus lewat jalur laut, lalu kembali berkelana hingga tiba di Kuwangen, di mana ia mulai hidup dengan bercocok tanam.

Menurut Budi, Ki Sidik hidup dalam penyamaran agar tidak diburu orang Majapahit.

Baca Juga :  Aktivitas Vulkanik Gunung Merapi Masih Tinggi, Warga Diimbau Waspada

Orang setempat lantas mengenalnya dengan nama Kyai Jonge, di mana ia selalu bersemedi di hutan di wilayah Kuwangen.

“Saat beliau mangkat, menurut ceritanya muncul air dari tempatnya meninggal. Itulah yang menjadi Telaga Jonge saat ini,” ujarnya.

Budi mengatakan Telaga Jonge sendiri airnya merupakan tadah hujan, uniknya tak pernah kering meski di musim kemarau.

Sedangkan makam Kyai Jonge berada di tengah telaga, baru terlihat ketika surut.

Berawal sebagai wisata religi, masyarakat setempat lalu berinisiatif mengembangkan Telaga Jonge sebagai wisata publik.

Tahun 2017, upaya pengembangan gencar dilakukan.

Kini, fasilitas Telaga Jonge terbilang lengkap. Tak hanya sekedar duduk-duduk di tepian, pengunjung bisa menikmati berbagai wahana yang disediakan, seperti perahu dayung dan perahu kayuh berbentuk bebek.

“Tarifnya Rp 10 ribu per orang untuk dua wahana tersebut, pengunjung juga bisa bersantai di gazebo yang disediakan,” kata Budi.

Fasilitas toilet, musola, hingga parkir luas pun sudah tersedia. Bagi yang ingin mencicipi kuliner setempat, tersedia pasar jajanan yang beroperasi mulai pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB sore.

Budi mengatakan pihaknya terus berbenah.

Selain menyempurnakan fasilitas, dukungan aktivitas wisata selama pandemi Covid-19 turut jadi perhatian.

Baca Juga :  Dugaan Kecurangan SPBU di Sleman, Konsumen Rugi Miliaran Rupiah

Antara lain sudah tersedia wastafel cuci tangan hingga penggunaan aplikasi PeduliLindungi.

Pengunjung pun dibatasi 50 persen dari total kapasitas.

“Hari biasa pengunjungnya sekitar 100 orang, kalau akhir pekan biasanya naik jadi 1.000 sampai 1.500 orang,” jelas Budi.

Akses menuju Telaga Jonge terbilang mudah. Setidaknya ada dua akses yang bisa digunakan; lewat Jalan Wonosari-Semanu dari utara atau Jalan Baron ke selatan lalu ke timur.

Tak ada tiket masuk, pengunjung cukup membayar parkir Rp 3 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.

Hanya dengan tarif tersebut, wisatawan bisa puas berjam-jam menikmati syahdunya Telaga Jonge.

www.tribunnews.com