JOGLOSEMARNEWS.COM – Bahasa Inggris di kalangan peserta didik atau siswa SMP merupakan salah satu mata pelajaran yang sering dianggap sulit untuk dipelajari.
Bahkan, ada anggapan dari sebagian siswa bahwa Bahasa Inggris merupakan momok, sebagaimana pelajaran Matematika.
Anggapan yang salah tersebut, jika tidak segera diluruskan, akan semakin menjauhkan siswa dari bahasa Inggris, yang pada gilirannya akan makin menjauhkan mata pelajaran tersebut dari siswa.
Padahal, salah satu syarat agar sebuah materi pembelajaran itu dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa adalah bagaimana anak tersebut mencintai mata pelajaran tersebut.
Selain terkesan sulit dipelajari, sebagian siswa juga masih menganggap kurang ada gunanya mempelajari bahasa asing di luar bahasa nasional. Karena mereka melihat, dalam pekerjaan sehari-hari orang toh jarang menggunakan bahasa Inggris.
Kenyataan tersebut secara tidak langsung menjadi tantangan bagi guru untuk membuat pelajaran Bahasa Inggris menjadi lebih menarik dan menyenangkan.
Pasalnya, hanya dengan suasana yang menyenangkan, para siswa akan bisa lebih betah belajar, yang pada gilirannya akan bisa mendapatkan hasil yang baik.
Guru tertantang untuk mencari terobosan atau kreasi baru untuk membuat Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang mengasyikkan untuk diakrabi dan dipelajari.
Sebagaimana yang telah diketahui, salah satu kunci untuk lebih efektif belajar bahasa, adalah dengan menerapkannya secara langsung.
Demikian pula dengan pembelajaran Bahasa Inggris. Semakin anak merasa nyaman dan semakin sering anak menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, maka belajar Bahasa Inggris akan menjadi lebih menyenangkan.
Dalam pelajaran Bahasa Inggris, selain mengajarkan grammar sebagai dasar dalam bertata Bahasa Inggris, salah satu yang jarang dilakukan adalah metode membaca dengaan keras, atau reading aloud.
Metode ini sekilas memang terlihat sederhana, namun diyakini efektif. Mengapa, karena metode reading aloud secara tidak langsung melibatkan beberapa indera sekaligus. Mulai dari indera pengelihatan, pendengaran sekaligus pikiran. Ketiga indera tersebut saling berkait, hingga mendorong siswa lebih mudah mengingat atau belajar.
Aktivitas membaca (reading), merujuk pada pandangan Roger Farr (2013), secara tidak langsung akan mendorong seseorang belajar dan bernalar untuk mendapatkan informasi penting bagi pengembangan dirinya dan kehidupannya.
Sedangkan pengucapan adalah salah satu hal yang penting, yang didasarkan pada bentuk lisan dan kemampuan dasar berbahasa Inggris maupun bahasa lainnya.
Karena nitu, dalam belajar Bahasa Inggris, belajar dengan mengucapkan akan memudahkan seseorang untuk mengingat sekaligus mengasah kemampuan speaking.
Reading aloud, atau membaca dengan cara diucapkan, secara tak langsung telah melibatkan indera pengelihatan dan pendengaran. Siswa memang bisa saja belajar bahasa Inggris dengan membaca dalam hati. Namun, belajar dengan membaca keras akan lebih lama lekat dalam ingatan.
Selama ini, proses belajar mengajar bahasa Inggris di kalangan siswa jarang melibatkan unsur pengucapan. Kebanyakan, guru hanya membacakan teks, menjelaskan materi, lalu meminta siswa membaca dan menjawab pertanyaan, tanpa menjelaskan cara pengucapan kata dengan benar.
Padahal, pelafalan kata atau kalimat dalam pelajaran bahasa sangat penting, karena pengucapan yang berbeda bisa memiliki makna yang berlainan.
Menurut Zulhannan (2014), belajar dengan menggunakan metode reading aloud menjadi medium untuk membangkitkan semangat peserta didik untuk gemar membaca.
Teknik reading aloud dapat melatih kemampuan siswa berbahasa Inggris secara lisan serta mampu mengembangkan kebiasaan pengucapan yang alami, serta intonasi yang baik dan benar.
Melalui metode ini, siswa dibimbing untuk membaca dengan ekspresi, mengatur nada tinggi maupun rendah, pemenggalan dan penekanan pada bagian-bagian tertetu. Selain itu, melalui metode ini, guru akan mudah memberikan koreksi jika terjadi kesalahan dalam pengucapan atau memberikan apresiasi jika pengucapannya sudah benar.
Untuk menerapkan metode Reading Aloud, Silberman (2011) menganjurkan agar siswa dipilihkan materi bacaan yang menarik untuk dibaca dengan keras.
Namun teks yang dipilih tidak perlu teks yang panjang. Cukup teks yang ringkas dan mudah diingat. Teks tersebut kemudian dibacakan oleh siswa di depan kelas dengan suara keras.
Selama peserta didik membaca, guru memperhatikan intonasi, pengambilan jeda dan pelafalannya apakah sudah benar atau belum.
Apabila diperlukan, pada bagian tertentu pembacaan teks perlu dihentikan sejenak untuk membahasnya bersama dengan siswa yang lain.
Metode pembelajaran yang seperti ini terasa akan lebih interaktif dan mendorong siswa lebih aktif terlibat dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan secara aktif itulah yang akan mendorong siswa makin mudah memahami, karena mereka didorong untuk praktik secara langsung. (*)
Sri Hartini, S.Pd
Penulis adalah guru Bahasa Inggris SMPN 3 Gondangrejo, Karanganyar