Beranda Daerah Sragen Tradisi Warga Desa Ngargosari Sumberlawang Sragen Menggelar Sadranan Jelang Bulan Suci Romadhon

Tradisi Warga Desa Ngargosari Sumberlawang Sragen Menggelar Sadranan Jelang Bulan Suci Romadhon

Tradisi Warga Desa Ngargosari Sumberlawang Sragen Menggelar Sadranan Jelang Bulan Suci Romadhon | Foto Huri Yanto
Tradisi Warga Desa Ngargosari Sumberlawang Sragen Menggelar Sadranan Jelang Bulan Suci Romadhon | Foto Huri Yanto

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Puluhan warga dari 3 dusun mengelar tradisi sadranan jelang bulan suci ramadan, acara sadranan atau ruwahan ini sudah dilakukan bertahun-tahun sejak zaman nenek moyang.

Tradisi sadranan dilakukan di pemakaman setempat oleh warga 3 dusun yakni dusun bulakmanyar, tempelrejo, sendang palang.

Mbah Pitrok (39) salah satu warga dusun bulakmanyar mengatakan bahwa ribuan warga sejak pagi sudah beramai-ramai membawa makanan khas kenduri untuk di doakan bersama di makam leluhur.

“Ini sejak pagi tadi mas, total 600 orang ada semua membawa makanan kenduri masing masing dari rumah untuk di doakan bersama,” kata mbah Pitrok, Kamis (9/3/2023).

Kades Ngargosari, Sriyono dihubungi JOGLOSEMARNEWS.COM membenarkan acara tersebut.

“Itu tradisi Nyadran kaleh kirim doa mas, iya setiap tahun sebelum puasa mas, jadi kurang 2 minggu sebelum puasa warga masyarakat di desa Ngargosari mengelar acara sadranan atau nyadran di makam leluhur tersebut,” ujar Sriyono.

Baca Juga :  Kampanye Terbuka Paslon Sigit-Suroto di Nglorog Sragen Dihadiri Bahlil hingga Wihaji, Kader Terbaik PDI Perjuangan Sragen Mbak Yuni Sebut Bentuk Kepanikan Kubu 02

Menurut Sriyono, maksud dan tujuan sadranan ini yakni sebagai bentuk anak cucu yang masih hidup mendoakan leluhur yang sudah meninggal.

“Pada intinya kirim doa bersama pada nenek moyang yang sudah meninggal, biasanya juga bawa makanan khas kenduren ada ayam panggang, nasi, kerupuk, buah buahan dan lainnya,” bebernya.

Tradisi sadranan dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07:00 WIB, biasanya diikuti orang dewasa dan anak anak, dan tradisi ini biasanya juga dipimpin oleh sesepuh dusun untuk memandu doa.

“Iya sudah dilakukan sejak dahulu zaman nenek moyang, kita tinggal nguri-nguri saja, harapan saya pada generasi muda agar selalu mengingat bahwa nanti manusia akan kembali ke alam,” ujarnya.

Baca Juga :  Bupati Yuni Resmikan Sejumlah Ruas Jalan dan Jembatan di Sragen, Sebut Kejar Kekurangan Jalan Mantap 13 %

Huri Yanto