Beranda Daerah Solo Jadi Pimpinan Muhammadiyah Percontohan, PWM Jateng Gelar Dialog Ideopolitor bagi Pimpinan Daerah...

Jadi Pimpinan Muhammadiyah Percontohan, PWM Jateng Gelar Dialog Ideopolitor bagi Pimpinan Daerah se-Jateng

Ketua PWM Jawa Tengah,  Tafsir saat memberikan penjelasan seputar gelar dialog ideopolitor bagi Pimpinan Daerah se-Jateng, Sabtu (24/6/2023) / Foto: Prihatsari

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – PWM Muhammadiyah Jawa Tengah menggelar Dialog Ideopolitor (Ideologi, Politik, dan Organisasi), Sabtu-Minggu (24-25/6/202d3).

Kegiatan tersebut diikuti seluruh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) se-Jawa Tengah dsri 31 kabupaten/ kota.

Sekretaris PWM Jawa Tengah Dodok Sartono menuturkan, kegiatan tersebut digelar untuk menguatkan ideologi dan leadership kepemimpinan para Pimpinan PDM.

Para pimpinan PDM menerima tiga materi pembekalan yaitu tentang ideologi, politik dan organisasi.

“Jadi para pimpinan PDM baru ini diberikan pembekalan tentang ideologi Muhammadiyah, bagaimana perpolitikan Muhammadiyah dan keorganisasian Muhammadiyah,” ujarnya, Minggu (25/6/2023).

Dialog Ideopolitor digelar dalam dua gelombang, dengan peserta seluruh Anggota PDM se-Jawa Tengah.

Gelombang I diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 24-25 Juni 2023 di Hotel Grand HAP Solo. Kemudian gelombang II pada Sabtu-Minggu, 1-2 Juli 2023 di Hotel Grasia, Semarang.

Baca Juga :  Angin Puting Beliung Terjang Rumah-Rumah Di Kelurahan Joglo, Warga: Astaghfirullah, Astaghfirullah !

Sementara itu, Ketua PWM Jawa Tengah Tafsir menambahkan Dialog Ideopolitor dilakukan secara berjenjang mulai di tingkat pusat (PP Muhammadiyah), wilayah (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah), daerah (Pimpinan Daerah Muhammadiyah), cabang (Pimpinan Cabang Muhammadiyah), hingga ranting (Pimpinan Ranting Muhammadiyah).

“Mengapa paham harus terus kita bangun? Karena paham agama bersifat dinamis, apalagi dengan masuknya informasi, paham-paham ini (berbagai paham Islam) berseliweran tiap hari. Maka, ideologi Muhammadiyah wajib untuk kita internalisasi, ideologisasi. Boleh syariah telah final, namun paham agama tidak pernah final,” bebernya.

Menurut Tafsir, sikap Muhamamdiyah dalam politik adalah netral aktif. Dalam hal ini, Muhammadiyah mendukung kader dalam politik, namun bukan partisan.

“Tidak mungkin kita tidak bicara politik, tetapi yang kita bahas bukan politik partisan. Tidak mungkin kita tidak bicara politik di masjid sekalipun, tapi bukan politik partisan, melainkan politik kebangsaan, politik kemanusiaan universal, politik keislaman, bukan politik partisan,” ungkapnya. Prihatsari