Beranda Umum Nasional Pengamat: Wajar PDIP Serang Prabowo-Gibran, Asal…

Pengamat: Wajar PDIP Serang Prabowo-Gibran, Asal…

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Jakarta, Ujang Komarudin | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM Serangan PDIP terhadap pasangan Prabowo-Gibran yang didukung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai merupakan reaksi yang wajar, untuk membangun persepsi negatif terhadap lawannya.

Pandangan tersebut diungkapkan oleh pengamat politik dan akademisi Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.

“Mereka membangun persepsi negatif kepada Jokowi dan Prabowo Gibran,” kata Ujang kepada Tempo saat dihubungi, Selasa (7/11/2023).

Sebagaimana diketahui, Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat sebelumnya mengatakan bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan pasangan Neo-Orde Baru.

Tudingan Djarot itu berkaitan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang kontroversial. Lewat putusan yang meloloskan Gibran maju cawapres tersebut, Djarot menyebut demokrasi telah mati dan MK telah dikebiri.

Upaya yang dilakukan PDIP, menurut Ujang, adalah strategi untuk mendelegitimasi Presiden Jokowi dan pasangan Prabowo-Gibran.

Serangan itu, kata Ujang, dilakukan karena Presiden Jokowi sudah berbeda pilihan dan dukungan dari partai yang mengusung dirinya menjadi presiden pada 2014 dan 2019, yaitu PDIP.

“Kalau kubu Prabowo-Gibran unggul, maka PDIP mestinya menyerang,” kata Ujang.

Kendati demikian, Ujang menilai serangan kepada Presiden Jokowi dan Prabowo-Gibran mesti wajar, rasional, dan didukung dengan data.

Sementara itu, politikus Partai Gerindra Habiburokhman buka suara ihwal tudingan Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat bahwa pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan pasangan Neo-Orde Baru.

Menurut dia, Orde Baru memiliki sisi positif maupun negatif, begitu pula dengan Reformasi.

“Kalau dalam konteks positif, mungkin saja (Prabowo-Gibran Neo-Orba),” kata Habiburokhman saat ditemui di kawasan Tanah Abang, Jakarta, Minggu  (5/11/2023).

Ihwal tudingan Prabowo-Gibran adalah pasangan Neo-Orba, Habiburokhman mengatakan pihaknya memiliki sikap politik untuk menolak kampanye negatif.

Baca Juga :  Jika Terjadi PSU di Pilkada Jakarta,  Akan Terbukti Dharma-Kun Sekadar Boneka KIM Plus atau Bukan

“Sikap politik kami bukan kampanye negatif,” kata Habiburokhman.

Dalam kontestasi apa pun, kata Habiburokhman, ketika kontestan mulai melancarkan kampanye negatif, itu tanda dia tidak percaya diri.

“Dia tidak percaya diri untuk menunjukkan nilai jual, visi misi, dan programnya,” kata Habiburokhman.

Habiburokhman mengklaim sikap politiknya adalah politik merangkul. Dia mempersilakan Djarot untuk mengatakan apa pun tentang Prabowo-Gibran.

“Pak Prabowo akan senyumin aja. Kalau perlu Pak Prabowo akan jogetin aja,” kata Habiburokhman.

“Soal baperan itu ditujukan kepada PDIP karena ditinggal Jokowi,” kata Ujang saat dihubungi, Selasa (7/11/2023).

“Ini sangat jelas dan klir, arahnya ke sana.”

Menurut Ujang, politik saling sindir seperti ini adalah fenomena lumrah terjadi ketika kawan lama berseberangan pilihan.

Ketika presiden Jokowi menjadi kader PDIP, kata Ujang, mereka saling akrab hingga menang dua kali dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019.

Namun, ketika presiden Jokowi ditengarai mendukung calon presiden bukan dari PDIP, menurut Ujang, sekarang presiden Jokowi menjadi lawan politik dari PDIP.

“Kita juga harus melihat kebatinan dari PDIP karena terluka karena Jokowi mendukung calon presiden lain,” kata dia.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partainya sedang sedih dan luka hati yang perih karena Presiden Joko Widodo atau Jokowi dinilai telah meninggalkan partai.

Menurut Hasto, PDIP selama ini telah mencintai dan memberikan keistimewaan kepada Jokowi.

“Ketika DPP Partai bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur Partai paling bawah, banyak yang tidak percaya bahwa ini bisa terjadi,” kata Hasto dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Minggu (29/10/2023).

Baca Juga :  Berhasil Menangkan Pilkada Jakarta Satu Putaran, Sejumlah Tokoh Ucapkan Selamat untuk Pramono Anung

Menurut Hasto, presiden Jokowi meninggalkan PDIP karena dianggap masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranata kebaikan dan konstitusi. Hasto tidak menyebut permintaan lain itu penjelasannya seperti apa.

Kemudian, presiden Jokowi mengatakan dirinya telah melihat banyak drama ibarat sinetron, alih-alih pertarungan ide dan gagasan yang diutarakan oleh masing-masing peserta menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.

“Yang saya lihat akhir-akhir ini adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak sinetronnya, sinetron yang kita lihat,” kata Jokowi saat memberikan sambutan saat perayaan hari ulang tahun HUT ke-59 Partai Golkar, Senin (6/11/2023).

“Mestinya kan pertarungan gagasan, pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan. Kalau yang terjadi pertarungan perasaan repot semua kita,” kata Jokowi.

Namun begitu, Jokowi tidak secara gamblang menjelaskan konteks dirinya melihat drama dan sinetron jelang Pilpres 2024 itu serta pihak mana yang dimaksud.

“Tidak usah saya teruskan karena nanti ke mana-mana,” kata Jokowi yang disambut tepuk tangan para tamu undangan.

www.tempo.co