BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Melambungnya harga minyak goreng (Migor) dikeluhkan masyarakat dan pelaku UMKM di Boyolali. Harga migor naik dari Rp 14.800 menjadi Rp 17.000 per kilogram.
Hal itu seperti dikeluhkan oleh Nani Rahmani, perajin kerupuk di Dukuh Jatiroto, Desa Manggis, Kecamatan Mojosongo, Boyolali.
“Harga migor meroket terus. Dari semula Rp 14.800, sekarang harganya sudah Rp 17.000 per kilogram. Pusing ini,” katanya, Selasa (23/7/2024).
Dia mengaku butuh migor 8-9 jeriken isi 17 kilogram setiap hari. Per jeriken harganya Rp 275 ribu.
“Kalau pemakaian migor dikurangi ya gak bisa. Nanti kualitas kerupuk yang digoreng jadi jelek, bahkan kurang matang,” ujarnya.
Nani pun terus berupaya menyiasati kenaikan harga migor. Salah satunya dengan mengurangi isi eceran dengan harga tetap. Meski awalnya dapat dikomplain konsumnen. Namun dia tak menjelaskan rinci harga jual kerupuk serta bilai keuntungan yang tergerus.
“Sehari, bisa menjual 2 kuintal kerupuk matang. Penjualan selain di Mojosongo juga merambah Kecamatan Ampel, Teras, hingga Salatiga dan Wonogiri,” papar dia.
Terpisah, penjual sembako di Pasar Boyolali Kota, Heni Nila Sari juga bingung dengan kenaikan harga migor. Bahkan harga minyak kita yang notabene bersubsidi bisa berbeda-beda. Satu krat minyak kita kemasan botol ada yang jual Rp 170.000.
“Namun ada yang menjual Rp 175.000, ada juga yang Rp 180.000 sampai Rp 185.000,” jelas dia.
Selain itu, dia juga berharap harga bahan kebutuhan pokok bisa kembali normal seperti sebelumnya. Mahalnya harga sembako berdampak merosotnya omzet penjualan di lapaknya.
“Sejumlah penjual makanan keliling yang jadi langganan sudah pamit, tidak jualan dulu karena harga bahan sembako mahal. Katanya tidak nutup untuk jualan,” pungkas dia. Waskita