Beranda Daerah Wonogiri PLTS Apung Wonogiri Ancam Nelayan dan Petani Waduk Gajah Mungkur

PLTS Apung Wonogiri Ancam Nelayan dan Petani Waduk Gajah Mungkur

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dilihat dari atas. Joglosemarnews. Aris Arianto

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM
Belakangan marak disoroti soal pernyataan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM dalam akun Instagram resmi @djebtke, yang menyatakan bahwa pengembangan PLTS terapung mobile, atau Mobile Floating Photovoltaic Pump, terinspirasi dari sistem PLTS terapung untuk irigasi di Kabupaten Wonogiri yang telah dikembangkan sebelumnya.

Namun bagaimana sebenarnya proyek PLTS apung Wonogiri itu? Apakah memang mendapatkan dukungan dari sejumlah elemen atau malah ada kegrundelan?.

Kami merefresh kembali soal rencana pembangunan PLTS apung Wonogiri. Yang ternyata sudah dilaksanakan sebagian sosialisasinya meskipun secara sangat terbatas pada 2023 lalu.

Untuk diketahui dalam sosialisasi awal pembangunan PTLS apung Wonogiri dengan lokasi perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri ada sejumlah keluhan berat yang disampaikan masyarakat.

Pembangunan PLTS apung Wonogiri di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri itu disebut sebut bakal mengganggu aktivitas nelayan dan petani. Pasalnya lokasi proyek PLTS apung Wonogiri berada di genangan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

Genangan itu pula yang menjadi tumpuan ribuan warga baik nelayan maupun petani. Genangan itu merupakan lokasi berkumpulnya ikan dan sumber air bagi pertanian.

Terungkap saat digelar sosialisasi awal pembangunan PTLS apung Wonogiri di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri, Kamis (25/5/2023), masyarakat nggrundel.

Salah satunya Pak Pri, dari Desa Talunombo Kecamatan Baturetno sebagai perwakilan nelayan mengatakan masyarakat selama ini disuguhkan hal yang matang atau proyek matang. Tidak ada waktu bagi masyarakat untuk berpikir maupun menyiapkan segala sesuatunya.

Baca Juga :  Mengenal Kode TL P TH di SKD CPNS Kemenag 2024, 37.849 Pelamar Lolos SKD

Semestinya diberi waktu longgar bahwa jauh hari akan ada rencana pembangunan proyek, jadi bisa mempersiapkan segala sesuatu. Rencana harusnya tidak diberitahukan mendadak dalam waktu dekat.

Wilayah yang akan dibangun itu wilayah kebyuk atau wilayah potensi mencari ikan, menurut dia, airnya banyak di situ ikan juga banyak. Kalau nanti ada bangunan proyek tentu sangat berpengaruh terhadap nelayan, pihaknya tidak bisa mencari ikan.

Dia sebenarnya tidak mempermasalahkan atau menolak proyek pembangunan PLTS apung Wonogiri. Hanya saja harus ada solusi agar masyarakat tetap bisa mencari penghidupan.

Senada Susilo, warga Boto Baturetno sebagai perwakilan petani, menganggap tidak tahu menahu saat ada proses proyek pembangunan PLTS apung Wonogiri. Tiba tiba saja tanah sudah dipatok dan seterusnya.

Proyek tersebut juga berdampak pada persawahan

Sementara Kades Boto Edi Suroso Bambang Setiawan, saat digelar sosialisasi pada 2023 lalu menyebutkan lokasi bakal proyek pembangunan PLTS apung Wonogiri merupakan area tangkapan ikan potensial. Sehingga dengan adanya proyek itu area tangkapan nelayan maupun pertanian berkurang.

“Prinsipnya masyarakat mendukung program pemerintah namun minta ada solusi. Lokasi proyek merupakan area atau kawasan perikanan dan pertanian, termasuk cekungan banyak ikan dan air. Jika bisa area dipindah, kalau tidak bisa dipindah ya harus ada solusinya,” sebut Kades Boto Edi Suroso Bambang Setiawan.

Baca Juga :  Ramai ramai Andalkan Endorsement di Pilkada 2024, Paslon Justru Tidak PD, Strategi atau Gimmick Politik?

Kala itu Puguh Ananta Widya, manager PT Indonesia Power membeberkan PLTS apung Waduk Gajah Mungkur Wonogiri bakal berkapasitas 100 MW. Untuk lahan yang diperlukan seluas 130 hektare dengan nilai proyek sekitar 80 juta dolar.

“Nanti ada sosialisasi berkelanjutan. Kalau soal lokasi memang di daerah genangan WGM, hanya mungkin saja nanti bisa bergeser memanjang atau berubah dari layoutnya,” tutur Puguh Ananta Widya.

Menurut rencana proyek pembangunan PLTS apung Waduk Gajah Mungkur Wonogiri selesai atau bisa operasi pada 2024 awal. Wonogiri dipilih karena tingkat radiasi sinar matahari paling cocok selain di Waduk Kedungombo. Aris Arianto