WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Dalam sebulan pada Agustus 2024 ini pemerintah sementara sudah dua kali menaikkan harga BBM. Pertama pada Jumat (2/8/2024), terkini tanggal 10 Agustus 2024.
Bagi warga, kenaikan harga BBM atau bahkan ada yang menyebut sebagai ganti harga, adalah kebijakan yang tidak populis. Mengingat kondisi perekonomian sedang tidak baik baik saja.
Kenaikan harga BBM menurut warga bukan hanya sekadar masalah tambahan biaya untuk transportasi. Tetapi ada kekhawatiran terhadap efek domino yang mungkin terjadi, misalnya harga kebutuhan pokok ikut meroket naik.
Menurut laman resmi Pertamina, harga BBM Pertamax yang sebelumnya Rp 12.950/liter berganti harga menjadi Rp 13.700/liter, berlaku mulai 10 Agustus 2024. Harga tersebut berlaku di sejumlah wilayah, seperti Aceh, Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT.
Sementara di kawasan lain seperti Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau, harga Pertamax sudah mencapai Rp 14.300/liter. Kemudian di Sumatera Utara, Sumsel, Bangka Belitung, seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi dan Papua, harganya Rp14 ribu/liter.
Sebelumnya Pertamina secara resmi mengumumkan kenaikan harga BBM pada Jumat (2/8/2024). Jenis BBM yang harganya naik adalah Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Pertamina Dex, dan Dexlite. Sementara harga Pertamax yang merupakan BBM non-subsidi tidak mengalami kenaikan.
Penetapan harga sudah sesuai dengan regulasi Kepmen ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga JBU atau BBM non-subsidi Kepmen ESDM Nomor 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga jenis bahan bakar umum (JBU).
Dimana harga Pertamax Green 95 dinaikkan menjadi Rp 15.000 per liter dari harga sebelumnya Rp 13.900 per liter. Kenaikan harga juga terjadi pada Pertamax Turbo menjadi Rp 15.450 dari sebelumnya harga Rp 14.400 per liter dan Dexlite menjadi Rp 15.350 dari Rp 14.550 per liter. Di sisi lain, harga Pertamina Dex juga terkerek naik dari Rp 15.100 per liter menjadi Rp 15.650 per liter.
Lantas bagaimana tanggapan masyarakat terkait kenaikan harga BBM itu?.
“Yang jelas sukarela, suka tidak suka ya harus rela. Memang iya yang naik itu harga BBM non subsidi, tapi dampaknya itu dirasakan betul mereka yang menggunakan BBM subsidi bahkan masyarakat yang bukan pengguna kendaraan bermotor,” tandas warga Kecamatan Wonogiri, Tarno, Selasa (13/8/2024).
Dia menyoroti kenaikan harga BBM dikhawatirkan membawa efek domino. Yakni memicu naiknya harga kebutuhan pokok lainnya.
“Jika hal itu (kenaikan harga kebutuhan pokok) sudah terjadi, warga seperti saya tidak bisa berbuat banyak, ya sukarela itu tadi,” jelas dia.
Warga lainnya, Reni merasa kenaikan harga BBM menambah beban hidupnya yang sudah sulit. Pendapatan yang tidak menentu membuatnya semakin khawatir harga kebutuhan pokok bisa merangkak naik karena dipicu oleh kenaikan harga BBM.
“Kalau harga BBM sudah naik, biasanya harga barang-barang lain juga ikut naik. Kalau sudah begitu ya sampun (sudah), nrimo (menerima), mau protes ya jelas tidak bisa,” tukas Reni.
Sementara warga lainnya, Ambar membeberkan sangat sulit mencari cara menghemat pengeluaran sehari-hari. Terlebih dia bekerja secara mobile lintas kecamatan, dimana sepeda motor menjadi andalan dalam beraktivitas.
Dengan naiknya harga BBM terutama jenis Pertamax, dia mengaku harus merogoh kocek lebih dalam lagi.
“Mau pakai kendaraan umum, nanti hitung-hitungan total biaya malah lebih banyak. Intinya susah mau berhemat, kalau mengurangi mobilitas jelas tidak bisa wong saya kerja lapangan,” terang Ambar.
Sejumlah warga tersebut kemudian berharap solusi yang diambil sesungguhnya bukan lantas menaikkan harga BBM. Untuk menghemat anggaran negara menurut mereka bisa ditempuh melalui pemangkasan anggaran di kementerian, lembaga, institusi, hingga pemerintahan daerah. Misalnya belanja pegawai, perjalanan dinas, rakor, sosialisasi, bintek, diklat, pengadaan barang dan jasa, dan sejenisnya. Aris Arianto