Beranda Nasional Jogja Diskusi Buku “Ayam Jangan Mati di Lumbung Padi”, Gaya Bahasa Mengalir dan...

Diskusi Buku “Ayam Jangan Mati di Lumbung Padi”, Gaya Bahasa Mengalir dan Renyah

Penulis buku, Aha saat menyerahkan buku kepada Kepala UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, Agustiawan | Foto: Istimewa

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Buku berjudul “Ayam Jangan Mati di Lumbung Padi: Sebuah Refleksi Kepustakawanan Lasa” karya Fl Agung Hartono, menjadi sorotan dalam acara bedah buku daring yang digelar oleh UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta pada Rabu (14/8/2024).

Acara bedah sekaligus launching buku karya pria yang akrab disapa Aha tersebut, diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan. Antusiasme yang tinggi menandakan ketertarikan besar audiens terhadap buku tersebut.

Diskusi buku “Ayam Jangan Mati di Lumbung Padi: Refleksi Kepustakawanan Lasa Hs” tengah berlangsung | Foto: Tangkapan layar

Selain penulis, acara bedah buku tersebut menghadirkan sosok Lasa HS, seorang pustakawan senior yang menjadi tokoh dalam buku itu dan  Novy Diana Fauzie, S.S., M.A, Kepala Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai pembahas.

Adapun bertindak selaku moderator, adalah Pranata Humas Ahli Muda ISI Yogyakarta, Heri Abi Burachman Hakim, S.IP., M.IP.

Diskusi berlangsung dengan sangat cair dan dinamis, dan terungkap apresiasi yang tinggi terhadap buku karya Aha tersebut.

“Saya sudah membaca buku ini, dan gaya bahasanya benar-benar mengalir. Rasanya seperti sedang mendengarkan cerita langsung, renyah dan seru, layaknya membaca novel,” papar Novy dalam diskusi.

Baca Juga :  Tebing Longsor di Kulonprogo Sempat Putuskan Akses Jalan Kalibawang-Samigaluh  

Menurut Novy, meskipun buku ini mengupas biografi tokoh kepustakawanan seorang Lasa Hs, penulis dinilai berhasil menyajikannya dengan cara yang memikat, sehingga tetap menarik bagi pembaca yang mungkin tidak akrab dengan dunia perpustakaan.

Novy menambahkan bahwa buku tersebut memiliki fungsi ganda, sebagai biografi sekaligus motivasi.

“Judul-judul dalam daftar isi saja sudah membuat penasaran, seperti ‘Ganti Nama untuk Buang Sial’ dan ‘Tangis Simbok Kala Lasa tak Kunjung Pulang’. Pembaca pasti ingin segera tahu lebih lanjut isinya,” ungkapnya.

Lasa Hs (6 dari kiri) dan penulis buku, Aha (paling kanan) tengah berfoto bersama peserta diskusi yang mengikuti secara onsite | Foto: Istimewa

Selain itu, ia mengapresiasi tampilan fisik buku ini, meski menyarankan perbaikan artistik pada edisi revisi mendatang.

Sementara itu, Kabiro BAAKPSI ISI Yogyakarta, R.A. Esti Hapsari Saptiasih, yang membuka acara tersebut menyatakan pentingnya mengangkat topik kepustakawanan sebagai cara mendorong literasi di masyarakat.

“Perpustakaan adalah lumbung ilmu pengetahuan, dan buku seperti ini menunjukkan bagaimana pustakawan bisa berkontribusi lebih dalam menebar ilmu,” jelas Esti.

Baca Juga :  Jumlah Penderita Gondongan di Gunungkidul Meningkat Drastis

Ia mengatakan, buku “Ayam Jangan Mati di Lumbung Padi: Refleksi Kepustakawanan Lasa Hs” tersebut tidak hanya menjadi bahan bacaan yang mendalam, tetapi juga menginspirasi banyak orang dengan gaya bahasa yang ringan namun penuh makna. Suhamdani