GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Kasus penyakit gondongan (mumps) di Kabupaten Gunungkidul mengalami lonjakan yang signifikan.
Dari data yang dimiliki Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul itu menyebut.
Berdasarkan data, sekitar 1.050 kasus gondongan ditemukan hingga November 2024 ini.
Angka tersebut naik drastis bila dibandingkan pada 2023, penderita hanya berjumlah 155 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, mengatakan mayoritas penderita yang terkena penyakit gondongan (mumps) berusia anak-anak rentang usia 6-15 tahun.
“Saat ini memang penyakit gondongan yang disebabkan virus paramyxovirus tengah mengalami peningkatan di masyarakat termasuk di Kabupaten Gunungkidul,”ujarnya saat dikonfirmasi pada Senin (18/11/2024).
Untuk mengendalikan penyebaran ini, pihaknya pun telah memerintahkan Puskesmas untuk melakukan langkah pencegahan dan mengimbau masyarakat agar waspada terhadap potensi penularan gondongan.
Serta, anak yang menunjukkan gejala gondongan untuk tidak bersekolah terlebih dahulu.
“Meski dampaknya tidak terlalu berbahaya, tetap saja butuh antisipasi agar tidak banyak menginfeksi anak lain. Sebab, gondongan ini menular melalui droplet atau air liur. Anak-anak yang biasa jajan dan makan bersama-sama tentu ini bisa meningkatkan risiko penularan,”terangnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta kepada pihak sekolah dan orang tua untuk memperhatikan kondisi murid atau anaknya.
Jika, menemukan anak dengan gejala demam, kesulitan menelan, sakit kepala, dan pembengkakan di bagian rahang maka diminta segera berobat ke Puskesmas terdekat.
“Kami harapkan jika menemukan tanda-tanda di seperti itu untuk segera ù, dan membawa anak atau murid tadi ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan,”ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul, Agus Subariyanto, mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak sekolah terkait sosialisasi penyakit gondongan.
“Kami sudah berikan sosialisasi tentang penyakit ini. Sosialisasi kami lakukan dengan menggandeng Puskemas terdekat, harapannya jika nanti ada kasus serupa bisa langsung dilaporkan untuk mendapatkan penanganan,”terangnya.
Selain melakukan sosialisasi, pihaknya juga meminta sekolah untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Di antaranya dengan melakukan mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir secara rutin, sebelum makan atau setelah berada dari tempat atau lingkungan yang berisiko.
Serta, tidak berbagi peralatan mandi atau makan dengan penderita gondongan dan menerapkan etika batuk seperti menutup mulut dan hidung.
“Dengan langkah pencegahan ini diharapkan bisa menekan penyebaran kasus,”pungkasnya.