Beranda Umum Opini Pengaruh Natrium terhadap Pertumbuhan Janin Selama Masa Kehamilan

Pengaruh Natrium terhadap Pertumbuhan Janin Selama Masa Kehamilan

ibu hamil terpapar sifilis
ilustrasi ibu hamil / tempo.co
Tania Momtaza
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Kehamilan merupakan masa yang sangat kompleks dan rentan. Persentase keguguran dini yang terjadi pada ibu hamil mencapai 2,8% per tahunnya. Sehingga dapat dikatakan terjadi satu kali keguguran setiap lima puluh kasus kehamilan. Deteksi awal masa kehamilan dan pencegahan terhadap penyakit yang dapat mengganggu proses kehamilan, merupakan salah satu cara yang harus dilakukan setiap ibu untuk mencegah terjadinya patologi kehamilan. Tindakan pencegahan merupakan harapan paling besar yang dapat menyelamatkan ibu dan bayi selama kehamilan (Intan, et al, 2020:42).

Pengetahuan tentang status gizi selama masa kehamilan, merupakan informasi yang harus bisa diakses semua ibu yang sedang mempersiapkan atau sedang dalam masa kehamilan. Status gizi mempengaruhi berat badan ibu, dan perkembangan janin dalam kandungan. Rendahnya pengetahuan ibu, akan mempengaruhi sikap ibu selama masa kehamilan. Umumnya, ibu dengan pengetahuan kehamilan yang memadai akan memiliki pola makan yang baik, dan selalu berusaha untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya. Hal ini akan berpengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan janin yang optimal (Rotua, et al, 2024:01).

Gizi seimbang merupakan asupan makanan sehari hari yang mengandung zat gizi lengkap dan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan asupan gizi sangat penting dilakukan selama masa kehamilan. Ibu hamil harus mengetahui kerangka nutrisi yang tepat untuk tumbuh kembang bayinya. Gizi seimbang mencakup; karbohidrat, protein, lemak, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, asam folat, kalsium, zat besi, fosfor, seng, yodium, natrium dan flour dari air putih. Seluruh nutrisi ini harus didapatkan dan dikonsumsi ibu hamil dalam porsi yang sesuai dengan kebutuhan. Sehingga dapat memaksimalkan kesehatan ibu dan bayi (Nurul, et al, 2022:90).

Nutrisi selama kehamilan merupakan aspek utama yang mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Asupan nutrisi yang baik dan seimbang akan membuat sang ibu nyaman, lebih kuat, dan tidak mudah sakit. Kesehatan ibu berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam perut. Janin yang sehat akan terlahir menjadi anak yang sehat dan memperkecil resiko cacat berkebutuhan khusus. Sementara nutrisi yang buruk akan beresiko pada berat badan bayi yang lahir, resiko komplikasi kehamilan, serta gangguan perkembangan jangka panjang.

Salah satu nutrisi yang penting bagi ibu hamil adalah natrium.  Natrium dapat ditemukan di berbagai makanan sehari-hari terutama yang mengandung garam dan berunsur asin atau gurih, minuman olahraga, zat aditif makanan monosodium glutamate (MSG), natrium benzoate, dan natrium nitrit. Natrium berperan sebagai penyeimbang elektrolit sehingga membantu menjaga fungsi vital tubuh. Kekurangan atau kelebihan natrium dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dan menyebabkan berbagai resiko kesehatan. Oleh karena itu, wajib bagi ibu hamil untuk memahami dan menyiapkan nutrisi terbaik selama masa kehamilan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Natrium sangat mudah ditemukan pada makanan. pada satu sendok makan garam terkandung 6.976 mg natrium. Sementara pada daging dan ikan olahan seperti sosis, ikan kaleng, dan daging kaleng terkandung 700 sampai 1.200 mg natrium. Pada keju cottage diperkirakan ada 500 mg natrium setiap 50 gram keju. Sementara pada kecap dan saus berbahan dasar kedelai dapat memberikan 800 sampai 1.200 mg natrium. Hal ini membuktikan banyaknya natrium yang dapat dikonsumsi seseorang dari makanan sehari hari.

Kekurangan natrium jarang sekali terjadi, karena natrium merupakan zat gizi yang dapat ditemui di semua jenis makanan. Masalah yang sering terjadi pada usia kandungan adalah kelebihan natrium yang dapat memicu hipertensi dan penyakit berbahaya lainnya. Seringkali, ibu tidak memperhatikan asupan natrium yang telah dikonsumsi setiap harinya. Sehingga, kasus hipertensi selama kehamilan banyak terjadi dan tidak dapat diremehkan. Kelebihan natrium bisa sangat berbahaya bagi ibu dan bayi (Novianti, et al, 2021).

Peran Natrium dalam Fisiologi Kehamilan

Natrium memiliki peran penting dalam kehidupan organisme manusia. Fungsi utamanya adalah untuk menjalankan berbagai fungsi biologis seperti; menjaga keseimbangan cairan, mengirim sinyal saraf, dan mengatur tekanan darah. Fungsi natrium ini sangat diperlukan terutama pada masa kehamilan. Wanita mengandung membutuhkan natrium yang lebih banyak, karena terjadi kenaikan tekanan darah selama masa kehamilan. Tanpa natrium, keseimbangan metabolisme tubuh akan terganggu dan menghambat proses perkembangan janin.

Natrium merupakan aspek penting tubuh manusia. Perannya selalu dibutuhkan oleh tubuh. Manusia tidak bisa hidup tanpa asupan natrium sama sekali. Natrium sebagai elektrolit mencegah dehidrasi dan menjaga volume darah tetap stabil selama masa kehamilan. Fungsi ini juga dibutuhkan untuk transmisi impuls saraf.  Tanpa natrium yang cukup, komunikasi antara otak dan berbagai bagian tubuh akan terganggu. Natrium juga penting bagi otot jantung. Natrium berperan dalam proses konstraksi otot sehingga menstabilkan kekuatan otot.

Keadaan tubuh yang kekurangan natrium disebut hyponatremia. Keadaan ini terjadi apabila kadar natrium di dalam darah turun sampai di bawah 135 mEq/L. hyponatremia terjadi apabila asupan garam dalam tubuh rendah. Keadaan ini juga bisa terjadi apabila seseorang kehilangan cairan berlebihan karena diare, muntah, dan konsumsi beberapa obat. Gejala dari keadaan ini adalah mual dan muntah, sakit kepala, kelelahan, kram dan kelemahan otot, gelisah dan mudah marah, kebingungan, keputusan kesadaran dan linglung.

Pada masa kehamilan, volume darah ibu meningkat sebesar 40%. Peningkatan ini terjadi karena janin memerlukan suplai darah yang lebih banyak untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, dan suplai oksigen pada pernafasan. Namun tekanan darah ibu akan menurun pada trimester kedua, karena pembuluh darah ibu mulai melebar. Sementara pada trimester ketiga terjadi pertambahan volume darah dan perubahan pembuluh darah pada rahim. Sekitar 20% dari seluruh darah ibu  dialirkan ke rahim untuk persiapan persalinan bayi. Maka pada masa ini, jantung ibu berdetak lebih kencang, dan bergerak lebih cepat untuk pengaliran darah (Novianti, et al, 2021:94).

Jantung ibu dapat berdetak lebih cepat daripada Wanita normal sekitar 10-20 detak per menit. Kenaikan ini terjadi secara bertahap dan mengalami peningkatan yang lebih signifikan sebelum kelahiran. Perubahan ini terjadi karena perubahan hormon, kebutuhan energi yang meningkat, respons terhadap aktivitas fisik dan pengendali stres. Peningkatan ini merupakan keadaan normal terhadap perubahan fisiologis selama kehamilan. Keadaan bisa memburuk apabila disertai penyakit bawaan dan keadaan patologi lainnya. Mengonsumsi makanan yang bergizi dapat mengurangi resiko terjadinya patologi kehamilan

Asupan gizi yang seimbang, merupakan faktor terbesar yang menentukan status kesehatan ibu dan anak selama masa kehamilan. Natrium merupakan mineral makro yang bekerja sama dengan kalium dalam mempertahankan fungsi jaringan tubuh manusia selama masa kehamilan. Natrium memiliki sifat untuk menyimpan cairan. Semetara kalium berfungsi secara kebalikan yaitu untuk peningkatan pengeluaran air. Dimana jika kadar kalium tinggi, maka akan menurunkan tekanan darah, dan jika kadar natrium tinggi maka akan menaikkan tekanan darah (Novianti, et al, 2021:91-92).

Natrium dapat ditemukan pada berbagai macam makanan, tidak hanya pada garam dapur saja. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Prihatini, dkk, didapatkan hasil bahwa, secara 73,2% konsumsi natrium penduduk Indonesia didapatkan dari masakan yang ada di rumah. Hanya sekitar 23,2% saja natrium yang dikonsumsi melalui makanan yang dibeli di luar rumah. Sementara sisanya adalah konsumsi natrium dari makanan pemberian orang lain (Sri Prihatini, et al,2016:17). Sementara kalium adalah zat gizi yang dapat diperoleh dari sayur sayuran dan buah buahan.

Fungsi utama kalium adalah untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Kalium bekerja dua arah dengan natrium sehingga menciptakan keseimbangan yang berkaitan. Selain menurunkan tekanan darah, kalium juga berperan dalam mengatur konstraksi otot, mendukung fungsi saraf, mendukung kesehatan tulang, dan mengurangi resiko batu ginjal. Kalium meningkatkan produksi urin. Fungsi ini dapat mengurangi retensi air dalam tubuh dan menyeimbangkan kadar gula darah. Kalium dikenal penting untuk menjaga tekanan darah dan menjadi penawar dari pengaruh konsumsi natrium berlebihan di dalam tubuh.

Natrium berebentuk sodium, termasuk mineral penting bagi tubuh. Kekurangan natrium (hyponatremia) pada ibu hamil berdampak pada potensi dehidrasi, kelelahan, tekanan darah rendah, gangguan pada fungsi saraf dan otot, pembengkakan otak, gangguan pertumbuhan janin, dan terganggunya keseimbangan elektrolit. Namun hampir semua makanan, dan masakan mengandung natrium. Sehingga kekurangan natrium sangat jarang terjadi. Sebaliknya, konsumsi natrium yang berlebihan akan berdampak negatif pada tubuh, terutama pada kesehatan ibu, dan perkembangan janin (Sri Prihatini, et al,2016:21). Maka, hal yang perlu diperhatikan ibu selama masa kehamilan adalah konsumsi natrium yang tepat dan tidak berlebihan.

Baca Juga :  Keadilan untuk Orang Papua

Dampak Asupan Natrium Berlebih pada Ibu dan Janin

National Research Council of the National Academy of Sciences menyarankan pembatasan konsumsi natrium per hari yaitu sekitar 1100-3300 mg. Atau setara dengan setengah sampai satu setengah sendok teh garam dapur. Sedangkan American Health Association (AHA) menyarankan konsumsi natrium tidak lebih dari satu sendok teh garam perhari bagi orang dewasa. Sementara rata rata konsumsi  natrium penduduk Indonesia adalah 2674 mg per hari. Tak mengherankan jika Indonesia masih bergelut dalam masalah kesehatan, kegemukan, kekurangan gizi serta peningkatan prevalensi penyakit kronis (Sri Prihatini, et al,2016:21).

Pada ibu hamil, kelebihan konsumsi natrium dapat menyebabkan hipertensi gestasional, edema, pre eclampsia, dan komplikasi penyakit lainnya. Menurut  World Health Organization (WHO), kelebihan asupan natrium menyebabkan peningkatan kejadian hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Pada tahun 2015, jumlah kematian tertinggi disebabkan oleh kehamilan dan persalinan, kurang lebih sekitar 830 orang per hari. Hal ini disebabkan karena pada masa kehamilan, terdapat peningkatan resiko hipertensi yang dapat menyerang ibu dan janin. Hipertensi juga merupaan penyebab kematian ibu hamil kedua di Indonesia, serta menyebabkan cacat jangka Panjang pada ibu dan bayi (Flora, 2021:21).

Konsumsi natrium berlebihan juga dapat menyebabkan edema. Edema merupakan salah satu perubahan selama masa kehamilan. Merupakan hal yang normal selama masih dalam pengawasan. Namun bisa menjadi berbahaya apabila disertai hipertensi, terlalu parah, dan tidak segera ditangani. Edema tungkai disebabkan karena tidak lancarnya peredaran darah pada kaki Sehingga terjadi penimbunan cairan di dalam tubuh serta pembengkakan pada daerah tertentu. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2008, sekitar 80% Wanita hamil mengeluhkan adanya bengkak pada kaki, 45% bengkak karena penyakit seperti hipertensi, dan 35% disebabkan karena faktor fisiologis pada kehamilan (Suci dan Yunita, 2016:33).

Hipertensi pada ibu hamil juga memicu pada penyakit lainya seperti preeklamsia. Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan dengan gejala tekanan darah tinggi, dan disertai dengan kerusakan organ seperti ginjal dan hati. Apabila tidak ditangani, preeklamsia akan bereformasi menjadi komplikasi penyakit serius yang dapat membahayakan ibu dan bayi. Kerusakan yang terjadi akibat preeklamsia antara lain; kelahiran prematur, gangguan pertumbuhan janin, sampai kematian. Ibu hamil dengan Riwayat hipertensi berisiko 1,591 kali lebih besar mengalami preeklamsia (Mauliddya dan Desi, 2023:42).

Komplikasi penyakit pada masa kehamilan, Sebagian besar merupakan penyakit turunan yang di bawa dari hipertensi ibu hamil. Hipertensi sering disebut silent killer karena biasanya penderita tidak menyadari bahwa ia mengidap penyakit ini. Faktor penyebab hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu faktor yang dapat dikontrol, dan faktor bawaan atau asli. Faktor yang dapat dikontrol meliputi: kegemukan, kurang olahraga, konsumsi rokok, konsumsi makanan dan konsumsi minuman. Salah satu faktor terbesar hipertensi adalah tingginya asupan natrium (Na). sehingga, penurunan Na di dalam urine 1,8 gram sama dengan penurunan tekanan darah (Sri Prihatini, et al,2016:16).

Faktor yang tidak dapat dikontrol dari penderita hipertensi adalah jenis kelamin, keturunan, usia, penyakit dari lahir, dan ras. Seiring bertambahnya usia, manusia cenderung memiliki tekanan yang lebih tinggi. setelah fase menopause pada Wanita, resiko terkena penyakit pada wanita juga lebih tinggi. hal ini disebabkan kondisi fisik manusia ketika menua cenderung lebih lemah dan rentan. Selain itu riwayat keluarga yang memiliki hipertensi juga memengaruhi tingginya resiko terkena hipertensi.

Penyakit yang diderita ibu selama masa kehamilan, berdampak langsung pada kesehatan dan perkembangan janin. Asupan gizi yang tidak seimbang serta gaya hidup ibu yang berantakan akan membuat pertumbuhan janin terhambat, meningkatkan resiko kelahiran prematur, dan penyakit kronis yang tumbuh sampai anak dewasa. Hal ini menekankan pentingnya literasi dan pengetahuan ibu terhadap nutrisi dan gizi yang tepat selama masa kehamilan. Secara umum, ibu dengan pengetahuan gizi dan kebiasaan makan yang baik, akan berusaha lebih optimal pada  kelancaran pertumbuhan dan perkembangan janin sampai masa persalinan. Sementara kurangnya pengetahuan ibu seputar gizi selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kurang energi kronis, anemia dan penyakit lainnya (Rotua, et al, 2024:01-02).

Rata rata penyakit yang membahayakan ibu dan janin selama masa kehamilan dimulai dari kasus hipertensi ibu. Tekanan darah ibu yang tinggi merupakan perkara serius yang tidak boleh disepelekan karena mengundang berbagai resiko lainnya. Salah satu faktor terbesar hipertensi ternyata disebabkan oleh hal yang kita anggap kecil, yaitu natrium. Natrium seringkali disederhanakan menjadi garam, atau rasa gurih. Begitu banyaknya makanan dan camilan kecil yang mengandung zat ini, seringkali membuat ibu tidak sadar dan tidak waspada akan bahayanya konsumsi berlebih.

Perlu dimaklumi bahwa nafsu makan ibu seringkali meningkat karena hadirnya calon buah hati. Hal ini menyebabkan ibu hamil seringkali mengambil makanan dan camilan terdekat tanpa mewaspadai kandungan didalamnya. Perilaku remeh seperti ini ternyata dapat berdampak serius bagi kesehatan ibu dan bayi. Maka, selain memahami informasi gizi yang dibutuhkan, ibu juga harus mengetahui solusi pengelolaan asupan natrium selama kehamilan. Sehingga diharapkan ibu bisa lebih waspada dan berhati hati dalam mengonsumsi makanan.

Solusi Pengelolaan Asupan Natrium selama Kehamilan

Penting bagi ibu hamil, untuk mempelajari dan memahami pola gizi yang dibutuhkan selama masa kehamilan. Begitu pula pada pengelolaan asupan natrium yang tepat sehingga dapat menjaga kesehatan ibu dan bayi, dalam mencegah berbagai macam penyakit. Walaupun natrium merupakan zat yang penting dan berperan dalam mengatur keseimbangan cairan, tekanan darah, dan fungsi saraf, namun kelebihan natrium bisa menyebabkan masalah kesehatan yang fatal. Beberapa langkah yang dapat diambil sebagai solusi dari pengelolaan natrium yang baik yaitu  mengurangi konsumsi makanan olahan. Makanan olahan yang dijual di pasaran, sering kali mengandung natrium yang tinggi.

Makanan tinggi natrium yang sering ditemukan misalnya; biscuit, craker, kripik, susu dan olahannya, kopi, serta makanan yang disertai bumbu penyedap (MSG). merupakan pemicu hipertensi yang harus dihindari oleh ibu yang sedang dalam masa kehamilan (Dwi Linda, et al, 2020:58). Karenanya, ibu harus bisa menahan diri untuk tidak mengonsumsi makanan sembarangan selama masa kehamilan. Peran ayah (suami) dan orang orang terdekat juga mempengaruhi lancarnya proses ini. Diperlukan kesabaran dan konsistensi untuk berpuasa dari hal hal yang selama ini menjadi gaya hidup, demi lancarnya kehamilan sampai persalinan.

Mengurangi asupan natrium yang berasal dari bahan makanan memang sulit dilakukan. Terutama karena natrium secara alami terkandung dalam makanan. usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi penambahan natrium dari bahan penyedap adiktif makanan. apabila 73 persen makanan rumah mengandung natrium, maka pengurangan sebanyak satu sampai satu setengah gram garam pada proses memasak dapat menurunkan konsumsi natrium sekitar 1800 mg sampai 2000 mg. hal ini merupakan usaha yang tepat untuk memghindari konsumsi natrium berlebihan selama kehamilan (Sri Prihatini, et al,2016:22).

Kehamilan merupakan kondisi kompleks yang dialami semua calon ibu. Proses sembilan bulan itu harus mengorbankan tenaga, mental, dan nafsu ibu yang ingin melakukan dan mengonsumsi banyak makanan. Pada masa kehamilan, ibu harus bisa menahan dan mengendalikan pola makan dan istirahatnya, walaupun seringkali pola itu terganggu dengan hadirnya kehidupan lain di dalam janin. Dukungan dari orang terdekat merupakan solusi utama menengani kesehatan mental ibu. Hal ini diperlukan untuk menjaga keselamatan ibu dan janin sampai masa kelahiran.

Baca Juga :  Keadilan untuk Orang Papua

Sebaiknya ibu hamil mengurangi konsumsi makanan olahan dan beralih ke konsumsi real food seperti buah, daging, sayur, dan biji bijian. Ibu juga harus mulai membatasi penggunaan garam. Penggunaan garam dapur (NaCL), merupakan hal yang paling umum di lakukan saat memasak atau mengolah makanan di Indonesia. Rata rata konsumsi garam penduduk Indonesia sebesar 3,5 gram per hari (Sri Prihatini, et al,2016:17). Mengurangi penggunaan garam dalam pengolahan makanan, dan menggantinya dengan penggunaan bumbu alami seperti rempah rempah, bawang putih atau jus lemon merupakan solusi yang bisa ditawarkan. Makanan akan tetap berasa walaupun tanpa menambah natrium.

Terdapat banyak alternatif yang dapat dilakukan demi mengurangi konsumsi natrium. Selain penggunaan bawang dan rempah rempah, ibu juga dapat menggunakan herba segar dalam makanan. herba seperti rosemary, thyme, dan basil memberikan aroma dan rasa yang segar dalam masakan. Ibu juga bisa memilih metode memasak yang tepat demi mengeluarkan cita rasa asli masakan. Penggunaan cuka juga bisa menyegarkan dan menambah rasa pada makanan.

Agar selektif memilih pangan, ibu harus membaca label makanan, dan memilih makanan yang mengandung natrium rendah. Beberapa kemasan makanan yang beredar telah difasilitasi tulisan “rendah natrium” atau “tanpa tambahan garam” pada kemasannya. Hal ini dapat menjadi alternatif setiap ibu hamil untuk berantisipasi pada kelebihan natrium. Penting bagi ibu untuk membaca label makanan dan memilah makanan yang dapat dimakan selama masa kehamilan. Makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil biasanya memiliki peringatan di kemasan atau iklannya.

Konsumsi kalium juga dapat menyeimbangkan asupan natrium. Natrium dan kalium berjalan bersamaan sebagai penawar satu sama lain. Natrium memiliki sifat untuk menyimpan cairan. Semetara kalium berfungsi secara kebalikan yaitu untuk peningkatan pengeluaran air. Dimana jika kadar kalium tinggi, maka akan menurunkan tekanan darah, dan jika kadar natrium tinggi maka akan menaikkan tekanan darah (Novianti,  et al, 2021:91-92). Maka penting bagi ibu untuk mengonsumsi makanan yang tinggi kalium seperti pisang, kentang, bayam, dan alpukat.

Kalium yang didapatkan dari sayur dan buah dapat menyeimbangkan natrium yang berlebih. Kalium bekerja sebagai diuretik yang dapat menurunkan tekanan darah menjadi normal. Peran kalium yang menjadi penghalang pengeluaran renin dapat menetralkan konsumsi natrium dan menjaga tekanan osmotik pada ruang intraseluler. Sehingga, terjadi peningkatan ekskresi natrium dan penurunan volume dan tekanan darah. Penderita hipertensi disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung kalium tinggi. Dengan mengonsumsi kalium tekanan darah mereka dapat terkontrol dan pulih dengan segera.

Selain melakukan pembatasan konsumsi natrium, ibu harus tetap memperhatikan kebutuhan natrium. Kebutuhan natrium ibu hamil yaitu sekitar 1100-3300 mg. Atau setara dengan setengah sampai satu setengah sendok teh garam dapur (Sri Prihatini, et al,2016:21). Wajib bagi ibu untuk memperhatikan dan mengantisipasi konsumsi natrium yang lebih banyak dari rekomendasi tersebut. Berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter bisa membantu ibu dalam mengetahui kebutuhan yang harus dipenuhi. Setiap kehamilan bisa jadi memiliki kondisi unik yang berbeda satu sama lain. Apabila ditemukan hal-hal yang dirasa tidak biasa dan belum memiliki informasi yang memadai, maka wajib bagi ibu untuk mengkonsultasikannya dengan para ahli.

Konsumsi nutrisi yang baik juga harus diseimbangkan dengan minum cukup air. Manfaat minum cukup air sangat banyak dan dapat mendukung kesehatan ibu dan janin. Minum cukup air dapat memenuhi kebutuhan cairan selama masa kehamilan. Apabila kebutuhan mineral tercukupi, maka natrium akan bekerja dengan baik dalam mengatur keseimbangan cairan tubuh. Minum cukup air juga dapat membuat ginjal berfungsi optimal dalam menyaring kelebihan natrium. Sehingga dapat memaksimalkan kesehatan ibu dan bayi. Selain itu, minum cukup air dapat mencegah dehidrasi dan meningkatkan energi, sehingga kondisi fisik ibu menjadi segar dan bugar selama kehamilan.

Ibu hamil membutuhkan cairan yang lebih banyak dibandingkan dengan kondisi normal. Kebutuhan air yang dibutuhkan adalah sekitar 400 ml tambahan per hari. Cukupnya hidrasi tubuh penting untuk mendukung pertumbuhan janin. Keadaan ini mencegah masalah kesehatan selama masa kehamilan seperti sembelit dan infeksi saluran kemih. Cukupnya air juga mendukung pembentukan air ketuban. Air ketuban membantu menjaga suhu tubuh tetap stabil dan nyaman. Cairan ketuban juga mengandung antibody yang melindungi janin dari infeksi. Secara tidak langsung, mencukupi kebutuhan air selama kehamilan dapat memperkuat kekebalan tubuh dan terhindar dari berbagai penyakit.

Memasak juga merupakan cara alternatif yang efektif demi mengatur keseimbangan gizi pada makanan yang akan dikonsumsi. Dengan memasak makanan sendiri, ibu bisa mengatur kadar gula, garam dan gizi yang seimbang untuk perkembangan janin dan kesehatan ibu. Istilah “mencegah lebih baik daripada mengobati” juga berlaku selama masa kehamilan. Beberapa Rukun Warga (RW) telah menyediakan fasilitas posyandu (pos pelayanan terpadu) untuk warganya yang sedang dalam masa kehamilan. Hal ini juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengontrol perkembangan janin dan menghindari hal hal yang tidak diinginkan. Wajib pula bagi ibu untuk memantau tekanan darah secara teratur, untuk menghindari hipertensi.

Langkah diatas dapat dilakukan secara total dan memberikan pengaruh baik dalam pengelolaan asupan natrium selama masa kehamilan. Sayangnya, melaksanakan langkah-langkah baik itu akan terasa berat apabila tidak didukung lingkungan dan gaya hidup orang terdekat. Kondisi kehamilan yang kompleks, dan tantangan yang berbeda-beda bagi setiap kehamilan membutuhkan dukungan yang kuat dari orang orang terdekat. Kesehatan fisik dan mental ibu merupakan aspek utama yang mempengaruhi setiap proses kehamilan sampai melahirkan. Maka, memahami informasi ini sangat direkomendasikan bagi semua khalayak keluarga dan rekan, bukan hanya untuk calon ibu semata.

Kesimpulan

Natrium merupakan salah satu zat mikro yang penting bagi keseimbangan fungsi tubuh manusia. Zat ini berperan sebagai penyeimbang cairan di dalam tubuh, mengatur tekanan darah dan membantu fungsi otot dan syaraf. Hal ini membuat natrium menjadi salah satu komponen yang penting yang harus selalu ada dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada masa kehamilan. Natrium dapat ditemukan dengan mudah pada makanan olahan, garam dapur dan berbagai sumber makanan lainnya.

Walaupun natrium merupakan komponen penting dalam tubuh manusia, namun konsumsi natrium yang berlebih juga memiliki dampak yang berbahaya bagi kesehatan. Kelebihan natrium dapat memicu berbagai penyakit seperti hipertensi. Pada ibu hamil, hipertensi merupakan keadaan yang sangat berbahaya karena dapat memacu penyakit lainnya seperti gestasional, edema, preeklamsia, dan komplikasi penyakit lainnya. Ibu hamil memiliki pertahanan tubuh yang lebih lemah dan rentan akan penyakit, sehingga kelebihan natrium harus selalu diwaspadai. Selain berpengaruh pada stamina dan kesehatan ibu, kelebihan natrium juga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan janin.

Maka dari itu solusi yang tepat untuk dapat diterapkan dalam pengelolaan natrium selama masa kehamilan yaitu: (1) mengurangi konsumsi makanan olahan; (2) membatasi penggunaan garam; (3) membaca label makanan, dan memilih makanan yang mengandung natrium rendah; (4) mengonsumsi kalium; (5) memperhatikan kebutuhan natrium; (6) konsultasi dengan ahli gizi atau dokter; (7) minum cukup air; (8) memasak makanan sendiri; (9) pemantauan perkembangan janin, dan kesehatan ibu secara teratur. Kesembilanangkah ini diharapkan dapat membantu mengurangi resiko kelebihan natrium selama masa kehamilan.  [Redaksi]