Beranda Daerah Wonogiri Fenomena Gunung Pegat Wonogiri, Dihindari Pengantin Pencuri Hingga Lokasi Favorit Bunuh Diri

Fenomena Gunung Pegat Wonogiri, Dihindari Pengantin Pencuri Hingga Lokasi Favorit Bunuh Diri

Kendaraan melintas di Gunung Pegat, Kecamatan Nguntoronadi,Wonogiri
Kendaraan melintas di Gunung Pegat, Kecamatan Nguntoronadi,Wonogiri

WONOGIRI-Keberadaan Gunung Pegat di wilayah Kecamatan Nguntoronadi, Wonogiri hingga kini tidak lepas dari sejumlah mitos dan fakta. Mulai dari pantangan bagi pengantin maupun pencuri untuk melewatinya, kasus penemuan mayat korban bunuh diri hingga bencana tanah longsor.

“Waktu mau menikahkan anak laki-laki, saya pakai kendaraan tapi menghindari Gunung Pegat. Sebab ada pantangan bahwa pengantin atau calon pengantin tidak boleh lewat Gunung Pegat,” ujar warga Kecamatan Baturetno, Tri Hartini, Kamis (22/3/2018).

Menurut dia mitos berupa pantangan itu sudah ada secara turun-temurun. Hingga saat ini masih banyak diterapkan keluarga calon pengantin atau pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan. Mereka diminta menghindari Gunung Pegat dan mencari jalur alternatif lain.

Dia menuturkan, berdasarkan ujaran turun-temurun, jika pantangan itu dilanggar, maka pengantin akan pegat atau pegatan (bercerai).

“Kalau saya lebih baik mengikuti arahan itu untuk menghormati orang tua. Soal masa depan rumah tangga, yang penting usaha keras dari suami istri dan campur tangan Tuhan,” tandas dia.

Salah satu tokoh Wonogiri, Riyanto membenarkan adanya mitos tersebut. Belum jelas kapan mitos itu mulai ada, yang jelas hingga kini masih banyak warga yang menaatinya. Mitos menyebutkan calon pengantin dilarang melewati Gunung Pegat, dimulai saat hendak berangkat ijab hingga lima hari atau sepasar sesudahnya.Terlepas dari mereka itu mempercayainya atau sebatas penghormatan kepada orang tua.

Baca Juga :  PSHT Bukan Alat Politik, Aksi Damai Menggema di Jateng Tenggara alias Wonogiri

Selain mitos pengantin yang bakal bercerai jika melewati Gunung Pegat, ada lagi mitos seputar wilayah perbukitan dan hutan yang sebagian merupakan kawasan Perhutani itu. Yakni asal kata Pegat berarti lepas atau lenyap, ditujukan bagi orang yang berniat buruk di sekitar hutan Gunung Pegat.

Mitos lainnya, adalah dilarang mengambil kayu tanpa ijin. Jika dilanggar maka akan pegat atau lepas nyawanya, atau tewas,” ungkap dia.

Terkait mitos ini dia menanggapinya dengan akal sehat. Secara geografis Gunung Pegat berupa perbukitan terjal dengan jurang yang cukup dalam. Jaman dulu hanya ada jalan setapak. Tentunya sangat membahayakan bagi orang yang melewatinya dengan memikul kayu, apalagi pencuri yang biasanya berjalan secepat mungkin. Bisa-bisa tergelincir dan masuk jurang.

Yang pasti, menurut dia, selain mitos, Gunung Pegat, menyimpan fakta cukup menarik. Yakni beberapa kali kasus penemuan mayat korban bunuh diri, serta seringnya terjadi bencana tanah longsor dan pohon tumbang..

Dia mengatakan, kini Gunung Pegat tidak lagi sepi. Hampir setiap menit ada kendaraan melintas. Namun keseraman Gunung Pegat masih kental, lantaran lokasi itu kerap terjadi bencana alam, baik tanah longsor maupun pohon tumbang.

Pada 2015, seorang pengendara sepeda motor meninggal dunia, setelah motor yang dikendarainya tertimpa pohon sonokeling tumbang.
Bahkan, di pengujung 2015, arus lali lintas macet total selama berjam-jam. Lantaran terjadi tanah longsor disertai robohnya rumpun bambu. Bahkan wilayah tersebut kini ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai wilayah zona rawan bencana alam.

Baca Juga :  Judi Online dan Beda Pilihan Politik Jadi Pemicu Perceraian, Jumlahnya Meningkat 4 Kali Lipat

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto mengatakan, Gunung Pegat termasuk rawan bencana alam. Pihaknya sudah memasang papan peringatan bahaya bencana di sejumlah titik sepanjang Gunung Pegat.

“Saat melintas di Gunung Pegat pengguna jalan harus hati- hati, terlebih ketika musim penghujan. Karena wilayah ini rawan bencana alam,” tandas dia. Aris Arianto