BOYOLALI- Siapa yang tidak ingat kejadian gempa bumi dahsyat yang menimpa Pulau Jawa bagian selatan dan berpusat di wilayah Bantul Yogyakarta 2006 lalu? Kejadian sebentar namun memberikan efek yang luar biasa. Bahkan guncangannya sampai ke wilayah Boyolali, khususnya di daerah Sawit. Sudah hampir 12 tahun berlalu sejak peristiwa yang terjadi tepat 27 Mei 2006 lalu itu.
Nyatanya, gempa bumi dengan kekuatan 5,9 skala richter (SR) tersebut telah mengakibatkan kerusakan parah di tiga desa di Sawit yaitu di Desa Cepoko Sawit, Kenteng dan Satriyan. Dari peristiwa tersebut mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan dua lainnya mengalami cacat permanen. Meski hampir 12 tahun berlalu, namun mengenang peristiwa tersebut bisa dilakukan dengam mendatangi Museum Gempa 2006 Cepoko Sawit.
Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari perstiwa tersebut. Dan bila menginginkan untuk memutar kembali peristiwa tersebut, Museum Gempa yang terletak satu halaman dengan Situs Gajah Putih tersebut mampu menjadi medianya.
Museum tampak megah berdiri di tengah areal persawahan di depan Kantor Kelurahan Cepoko Sawit. Tempat tersebut akan menyuguhkan pemandangan menakjubkan kala senja tiba. Maka biasanya, Museum Gempa 2006 Cepoko Sawit akan ramai dikunjungi sekitar pukul 15.30 WIB hingga menjelang maghrib tiba.
Namun tidak jarang pula tempat tersebut menjadi persinggahan para pelajar siang hari seledar menghabiskan waktu bersama para sahabat.
“Biasanya disini bagus untuk berfoto-foto. Kalau sore tidak panas dan pemandangannya semakin bagus. Dari cahaya matahari sore warnanya oranye terang,” cerita Ifa, warga sekitar saat mengunjungi Museum, Selasa (6/03/2018).
Dari pemandangan museum, begitu masuk pengunjung akan disuguhi bangunan seperti pura yang megah menyambut di bagian depan. Di dalam bangunan, tampak tertata dokumentasi belas gempa 2006 lalu. Berbagai macam benda bekas dampak gempa ditata apik di dalam sebuah ruang kaca dengan diberikam keterangan. Maypritas merupakan barang-barang rumah tangga milik warga terdampak gempa seperti guci, lampu petromak dan lainnya. Sebelumnya, terlihat juga batu besar berbentuk seperti kepala hewan yang diyakini merupakan situs Gajah Putih. Pengunjung tidal dipungut biaya sama sekali untuk mengunjungi museum tersebut, hanya harus mengeluarkan uang parkir untuk sepeda, motor dan mobil masing-masing sebesar Rp 1000, Rp 2000 dan Rp 3000.
Pengunjung lain yang notabene adalah seorang pelajar tingkat SMA, Adi mengaku sudah beberapa kali mengunjungi museum tersebut bersama para sahabatnya.
“Disini beristirahat saja. Setelah pulang sekolah mampir. Suasananya enak untuk bersantai sejenak dan mengambil foto,” terangnya. Triawati PP