SRAGEN– Menyusul aksi demo warga 11 RT di Masaran yang menuntut pengelola Proyek Tol Solo-Kertosono (Soker) bertanggungjawab atas banjir dampat buruknya talud dan drainase Sabtu (10/3/2018) itu, pihak PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) selaku penanggungjawab Tol Soker akhirnya angkat bicara. Direktur Utama (Dirut) PT SNJ, David Wijayatno mengaku siap untuk menangani tuntutan warga Masaran tersebut.
Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , David mengatakan pihaknya sudah menerima laporan dan mengetahui soal demo di Masaran itu. Menurutnya, problem banjir di 11 RT yang diklaim dipicu oleh Proyek Tol Soker, akan segera ditangani. ” Sudah ditangani. Memang ada saluran yang tersumbat. Tapi sudah kita tangani, ” ujarnya Senin (12/3/2018).
David juga mengatakan pihaknya segera menerjunkan tim untuk melakukan pengecekan di lapangan. Nantinya dari hasil pengecekan itu akan diketahui apa pemicunya dan akan dicari bagaimana solusi yang bisa dilakukan.
“Akan kita lihat dulu. Kenapa bisa banjir. Kan mungkin juga bukan karena taludnya, tapi memang ada yang tersumbat. Nanti setelah dicek kan tahu, apa penyebabnya dan akan kita cari solusi terbaiknya,” ujarnya lagi.
Sebelumnya, perwakilan PT Waskita,
Budi menyampaikan mohon maaf dalam proyek Tol Soker belum sesuai dengan apa yang diharapkan karena berdampak kepada masyarakat.
Ia juga mengakui Overpas Pringanom belum bisa secara sempurna sehingga berdampak tergenangnya air yang meluap. Namun ia berdalih pihak Waskita hanya membangun sesuai gambar yang sudah diajukan dan tidak bisa membangun di luar dari gambar yamg sudah diajukan.
“Kami akan mengajukan permohonan sesuai dengan apa yang diminta oleh warga Masyarakat dan hal tersebut harus juga memberitahukan kepada tiga elemen berwenang, ” katanya.
Pernyataan itu disampaikan di hadapan puluhan warga di 11 RT di Desa Masaran, Kecamatan Masaran Sragen yang berdekatan dengan proyek Tol Solo-Kertosono (Soker) saat menggelar aksi demo, Sabtu (10/3/2018) pagi. Mereka mengecam para pejabat dan pengelola proyek Tol Soker yang membiarkan keberadaan proyek memicu bencana banjir dan kerusakan infrastruktur yang menyengsarakan warga.
Mereka pun mendesak agar pihak pengelola jalan Tol Soker untuk bertanggungjawab memperlebar dan meninggikan saluran drainase di Tol Soker yang selama ini dianggap terlalu kecil dan menjadi biang pemicu banjir.
Warga yang kesal karena aspirasi yang disuarakan sejak 2016 hanya dianggap angin lalu, juga menumpahkan kegeramannya dalam bentuk kalimat menohok yang dituangkan dalam spanduk.
“Kami minta talud dan drainase dibuat standar. Karena yang dipasang oleh pihak Tol itu hanya 60 sentimeter diameternya. Padahal ketinggian talud di warga saja sudah tiga meter. Akibatnya sejak ada Tol, kalau hujan air nggak bisa mengalir dan memicu banjir di lingkungan kami,” papar Ali Wiyanto, Ketua RT 22. Wardoyo