BANYUMAS- Memiliki bagian tubuh ekstra terkadang memang membanggakan, tapi juga menyusahkan. Jika di Eropa dan benua lain sudah biasa, tapi tidak di Indonesia
Hal itu seperti yang dialami Turnomo (51) warga Desa Kaliwangi, Kecamatan Purwojati, Kabupaten Banyumas. Memiliki tinggi badan mencapai 2 meter membuat pria ini seperti raksasa saat berjalan di kerumunan. Pasalnya tinggi orang Indonesia pada umumnya hanya 170 cm. Ia juga merasa risih jika orang membicarakan tinggi badannya.
“Risih juga kalau ada orang yang nanya, makannya apa? Kok bisa setinggi ini. Padahal makanan saya ya wajar saja seperti orang pada umumnya,” kata Turnomo saat ditemui di rumahnya, Selasa (17/4/2018).
Ukuran tubuh Tutur (panggilan akrab Turnomo, red) diketahui sudah terlihat perbedaan sejak dilahirkan. Seiring pertumbuhannya, tinggi badannya juga mengalami perubahan.
Tutur terlihat paling tinggi di antara teman-teman seusianya. Bahkan saat remaja, tinggi Tutur sudah menyamai tetangganya yang orang dewasa. Puncaknya, tinggi badan Tutur mencapai 2 meter. Ukuran tubuh yang terbilang tidak wajar ini lambat laun membuat kesusahan sendiri dalam aktivitasnya. Ia mengaku kerepotan saat menaiki angkutan umum karena harus terlalu menunduk. Bahkan saat tidur dengan ranjang ukuran standar kedua kakinya terpaksa harus ditekuk.
“Saya juga mengalami kesulitan jika mencari sandal, sepatu, pakaian karena tidak ada ukurannya. Selain itu, dengan tubuh tinggi tidak nyaman jika sedang sakit,” katanya.
Pria yang sempat berumah tangga namun sudah bercerai 8 tahun silam ini kini hidup sebatang kara. Ayahnya, Rasidi, telah meninggal dunia 6 bulan lalu.
Sedangkan ibunya sudah terlebih dahulu meninggal 7 tahun silam. Kondisi Tutur yang tidak memiliki pekerjaan tetap membuatnya hidupnya bergantung dari sumbangan tetangganya.
“Saya merasa kasihan saja. Kalau lagi nggak kerja biasanya kami berbagi makanan. Kalau sedang ada uang lebih terkadang juga kami kasih,” kata Tarsih (48), tetangga Tutur.
Kondisi ekonomi Tutur juga menjadi perhatian pemerintah desanya. Jika tidak ada bantuan dari tetangganya, pihak desalah yang memberikan sumbangan.
“Dengan kondisi Tutur, pihak desa tidak menutup mata. Kami memperhatikan kondisi warga dengan memberikan bantuan untuk kebutuhan sehari-harinya sesuai kemampuan desa,” kata Sekhudin, Kasi Pelayanan Desa Kaliwangi.