SRAGEN- Polemik tersendatnya aliran Dam Colo Timur ke Sragen yang membuat ribuan petani Sragen menjerit, mulai terkuak. Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) Sragen, Eka Widiastono mengaku memang ada tekanan dari oknum Ketua Induk P3A yang mengancam tak akan mengalirkan air ke Sragen jika GP3A Sragen masih dipimpinnya.
“Saya sebenarnya terpilih lewat aklamasi saat reorganisasi GP3A tanggal 21 Maret. Tapi sejak saya terpilih, justru aliran air dari Sukoharjo tidak stabil. Memang ada pihak tertentu di IP3A induk yang tidak menyukai saya jadi ketua. Itu bukan unsur anggota, tapi pihak lain yg dulu pernah terlibat di eranya Pak Goman almarhum (mantan Ketua GP3A Sragen),” papar Eka Kamis (17/5/2018).
Eka mengatakan normalnya aliran air dari Dam Colo Timur ke Sragen di atas 6 meter kubik sekali gelontoran. Namun sejak dipimpinnya, seolah dipermainkan dan dingadatkan hanya 2,5 sampai 3 meter kubik saja. Itu pun tak setiap hari dialirkan. Dampaknya ribuan petani dan 7.000 hektare lahan di Sragen yang selama ini disuplai Dam Colo Timur, menjadi kekurangan air.
Ia juga membeberkan jika pernah ditekan oleh Ketua IP3A, berinisial SJ alias JS yang secara vulgar mengancam tak akan menggelontorkan air ke Sragen jika GP3A Sragen masih dipegang Eka.
“Pak JS itu memang menekan kalau Eko gelem mundur banyu tak kirim ke Sragen. Akhirnya demi petani di Sragen, saya terima tawaran itu dan saya buat surat pernyataan mengundurkan diri dari Kwtua GP3A tanggal 2 Mei 2018 meskipun bersifat politis,” terangnya.
Eka menguraikan dalam pernyataan itu, ia menyebut bersedia mundur dengan tiga syarat.
“Pertama ada jaminan air Colo Timur dialirkan ke Sragen sampai MT 2 ini habis dan seterusnya. Kedua aliran air harus stabil dan kontinyu, ketiga jika ada pengingkaran dari Ketua IP3A maka pernyataan dianggap gugur, ” tukasnya.
Surat pengunduran diri itu juga ia tunjukkan dalam rapat P3A dengan Komisi Irigasi Pemkab Sragen, Rabu (16/5/2018). Ia berharap IP3A dan Balai Besar Sungai Bengawan Solo bisa konsisten untuk turun tangan mengembalikan debit aliran air ke Sragen demi menyelamatkan petani Sragen.
Salah satu Ketua P3A Desa Toyogo Sambungmacan, Mariman menuturkan saat ini ratusan petani di wilayahnya menjerit karena aliran air Dam Colo sudah ngadat sejak 2 bulan lalu. Ada beberapa hektar padi yang terpaksa puso dan 125 hektare lainnya terancam gagal panen karena tak ada aliran sama sekali dari Dam Colo.
“Kami nggak tahu ada apa masalahnya kok air sampai enggak dialirkan. Sebagai ketua dan petugas di lapangan, kami juga bingung disambati petani. Kalau memang ada masalah antar ketua, mbok jangan sampai air disetop begini. Akhirnya petani juga yang jadi korban, ” keluhnya. Wardoyo