JOGLOSEMARNEWS.COM Daerah Sragen

Kisruh Sabotase Aliran Dam Colo. Ratusan Hektare Padi di Sambungmacan di Ambang Puso, Petugas P3A Desak BBSWBS Turun Tangan

Ketua P3A Desa Toyogo saat menunjukkan ratusan hektare padi di wilayahnya yang mengering karena tak dapat aliran Dam Colo sejak aliran disabotase dan tak sampai di Sragen. Foto/Wardoyo
   
Ketua P3A Desa Toyogo saat menunjukkan ratusan hektare padi di wilayahnya yang mengering karena tak dapat aliran Dam Colo sejak aliran disabotase dan tak sampai di Sragen. Foto/Wardoyo

SRAGEN- Polemik ngadatnya aliran irigasi dari Dam Colo Timur ke Sragen yang diduga akibat konflik pribadi antara pimpinan IP3A dan Ketua GP3A Sragen berdampak panjang. Ratusan hektare lahan padi di wilayah Sragen Timur, utamanya Sambungmacan dan Gondang kini dalam ancaman puso akibat tak mendapat aliran sejak beberapa bulan terakhir.

Mariman, petugas penjaga pintu air (P3A) Dam Colo Timur wilayah Desa Toyogo, Mariman menuturkan sudah sekitar tiga bulan, tidak ada aliran air dari Colo Timur yang masuk ke wilayahnya. Akibatnya petani resah karena tak bisa mengairi padinya yang kini sedang butuh banyak air.

“Sudah ada satu hektare yang puso di daerah dekat jalan tol itu. Lalu di bagian timur juga ada 25an hektare yang masih hijau dan kalau enggak segera tertolong air, juga bisa menyusul puso. Kalau di Toyogo saja ada 150an hektare, yang sebagian sudah tertolong dari DI Piji tapi juga nggak maksimal. Kalaupun bisa panen hasilnya nggak bagus, karena kurang air,” paparnya Kamis (17/5/2018).

Baca Juga :  ASN Sragen Mendapatkan Layanan Penukaran Uang Baru dari Bank Indonesia Solo

Mariman menguraikan rata-rata saat ini padi di wilayahnya sudah berumur 70 hari. Sebenarnya tinggal butuh dua sampai tiga kali aliran lagi, sudah bisa menyelamatkan hingga bisa panen. Namun, sejak tiga bulan lalu, aliran air dari Colo tak lagi ada.

Padahal, sebelumnya aliran Dam Colo tak pernah bermasalah. Sebagai petugas, ia juga bingung lantaran selalu menjadi sasaran petani yang mengeluh dan menanyakan aliran air. Tak hanya di Toyogo, kondisi lebih parah dialami Desa Gringging dan Banyurip di sebelah timur Toyogo yang juga tak lagi dapat pasokan air.

“Di Banyurip dan Gringging itu ada kalau 150 hektare. Juga sama, masih hijau. Kalau nggak dapat air, bisa gagal panen juga. Harapan petani ya BBWSBS bisa terbuka dan segera membuka aliran air agar bisa menyelamatkan petani. Kalau toh ada masalah di pimpinan dan itu masalah pribadi, ya jangan terus petani yang dikorbankan begini,” keluhnya.

Baca Juga :  Prestasi Gemilang Bintang Lima dan Terbaik TOP BUMD Awards 2024: Inilah Bukti Keunggulan RSUD dr. Soeratno Gemolong Sragen

Senada, keresahan juga melanda petani dan P3A di Desa Karanganyar, Sambungmacan. Petugas Subak P3A Dukuh Mahbang, Karanganyar, Warso menuturkan saat ini petani di wilayahnya juga kelimpungan lantaran sudah satu bulan tak mendapat aliran dari Dam Colo Timur. Padahal, kondisi tanaman padi juga sudah memasuki masa buah.

“Di wilayah kami ada sekitar 50 hektare padi yang nggak teraliri sejak satu bulan ini. Tanahnya sudah nelo-nelo (pecah) dan padinya juga kurang normal. Kalau enggak segera tertolong air, bisa gagal panen lagi. Kasihan petani Pak. Makanya harapannya kalau bisa segera alirannya dikembalikan biar bisa lancar dan petani bisa panen,” tandasnya. Wardoyo

 

  • Pantau berita terbaru dari GOOGLE NEWS
  • Kontak Informasi Joglosemarnews.com:
  • Redaksi :redaksi@joglosemarnews.com
  • Kontak : joglosemarnews.com@gmail.com