SOLO–Sudah saatnya, Indonesia membuat program untuk segera beralih kepada sumber energi alternatif biofuel mengingat kekayaan sumber daya hayati di tanah air potensinya sangat besar.
Demikian diungkapkan Prof Kusmiyati, ST, MT, PhD dalam pidato pengukuhan guru besar bidang teknik kimia, Sabtu (5/5/2018) bertempat di Auditorium Djazman, Kampus UMS.
Menurut Kusmiyati, saat ini Indonesia, sudah dalam kondisi krisis energi berbahan baku fosil. Mengingat semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, pertumbuhan industri dan populasi penduduk. “Hal ini mendesak untuk ditangani, maka beralih ke energi alternatif biofuel adalah salah satu solusi penting,” ungkap Prof Kusmiyati usai pengukuhan guru besar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Menurutnya, pemanfaatan biofuel, merupakan salah satu kebijakan yang dapat menjawab tantangan akibat ketergantungan bahan bakar minyak bumi yang berlebihan. Penelitian terhadap sumber daya hayati masih harus terus dilakukan untuk mendapatkan biofuel dengan harga ekonomis.
“Harga BBM saat ini yang disubsidi pemerintah lebih murah dibanding harga biofuel yang tidak ada subsidi. Namun dengan harga minyak bumi yang semakin tinggi dan pernah mencapai 140 USD per barel pada tahun 2008, maka komersialisasi biofuel generasi kedua akan lebih menguntungkan dibanding bahan bakar minyak.
Kusmiyati dikukuhkan sebagai guru besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) bidang teknik kimia. Ibu dari dua anak itu merupakan guru besar ke-22 di UMS, dan pertama di Fakultas Teknik Prodi Teknik Kimia.
Dia merasa bangga dengan gelar profesor yang diterimanya dan akan menjadi bentuk pengabdian kepada masyarakat guna mengembangkan energi alternatif di Indonesia. “Penelitian yang saya lakukan menjadi perubahan Indonesia yang lebih baik di bidang pemanfaatan energi alternatif,” ungkap Kusmiyati.
Hal itu dilakukan sebagai upaya meminimalisasi perilaku masyarakat yang terbiasa menggunakan bahan bakar fosil agar beralih ke bahan bakar nabati. Perilaku masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar fosil juga perlu dikurangi.
Kusmiyati berhasil menyelesaikan pendidikan S3 di University of Malaysia dan ditetapkan sebagai guru besar oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia dengan nomor SK 008/D2.1/ KP/PAK-GB/2018 yang terhitung sejak 3 Januari 2018 lalu.
Rektor UMS, Sofyan Anif dalam pidatonya mengatakan, Kusmiyati sebagai guru besar membantu pemerintah memanfaatkan biofuel di Indonesia. Dengan demikian UMS ikut andil dalam mengantisipasi kelangkaan bahan bakar minyak dengan biofuel.
“Hasil penelitian yang telah dilakukan menjadi bentuk pengabdian UMS lewat Prof Kusmiyati untuk mengembangkan energi alternatif di Indonesia. Karena Indonesia memiliki banyak tumbuhan yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar biofuel, ke depan negara ini dapat meminimalisasi kelangkaan bahan bakar dari fosil,” ungkap Anif.
Biofuel, lanjut Kusmiyati, memang terkendala dengan harga dan teknologi pengonversinya. Namun sebagai antisipasi dengan kelangkaan tersebut, pemanfaatan itu harus tetap dilakukan, sehingga kinerja manusia tetap bisa berjalan dengan energi lain yang lebih ramah lingkungan.(Triawati Purwanto)