Pemimpin adalah individu di mana setiap warga organisasi menyandarkan pada dirinya. Tidak ada pilihan lain, pemimpin harus memiliki karakter yang kuat sekaligus matang. Pemimpin yang tidak konsisten, berpotensi membawa organisasinya ke arah ketidakpastian, ambigu dan yang tersisa adalah konflik-konflik internal yang menganggu kestabilan aset organisasi (Moeljono. D, 2016).
Neil Synder, James J. Dowd Jr dan Diane Morse Hougton dalam bukunya VVC: Leadership for Quality Management (1994) merumuskan tiga formula tentang manajemen, yaitu bahwa kepemimpinan yang unggul harus memiliki tiga serangkaian kepemimpinan yaitu vision, value, and courge.
Sebagai pemimpin, ia harus memiliki visi ke mana organisasi akan dibawa dan selanjutnya bagaimana strategi serta implementasinya. Value adalah nilai dari seorang pemimpin yang akan menentukan apakah ia bisa menjadi pemimpin yang efektif atau tidak. Selanjutnya seorang pemimpin perlu memiliki unsur ketiga yaitu courge, artinya ia punya keberanian untuk mengambil keputusan.
Contoh nyata penerapan model tersebut dilakukan oleh pemimpin pada pertengahan abad XIX yaitu Kaisar Meiji dari Jepang. Pada tahun 1868, Jepang diperintah oleh Kaisar yang masih belia berusia 15 tahun. Dia mengambil alih pemerintahan yang saat itu tidak memiliki telepon/telegraf sebagai alat komunikasi, tidak ada bank sebagai lembaga keuangan, tidak punya pabrik, pasukannya masih bertempur dengan metode kuno (manual).
Kaisar Meiji menyadari bahwa dunia barat telah berkembang kemajuan ilmu yang hebat. Dia mempunyai mimpi untuk memajukan negaranya dan melaksanakan mimpinya dengan jelas. Maknanya, ia memiliki visi untuk mensejajarkan diri dengan negara maju lainnya. Dalam jangka waktu 15 tahun semua berubah di Jepang, baik cara berpakaian, makanan dan suasana kotanya.
Namun satu hal yang perlu dicatat, Kaisar Meiji tetap memegang teguh nilai-nilai luhur budaya bangsanya meskipun mengadakan modernisasi besar-besaran. Makna mendasarnya adalah value. Bangsa jepang mau berubah cara berpikirnya, tetapi sepanjang menyangkut jati diri, dia tetap menghormati nilai luhur bangsanya. Pada era kepemimpinannya, Kaisar Meiji yang belia ini berani dan tegas mengambil keputusan untuk menolak investor asing yang menawarkan perjanjian yang tidak menguntungkan Jepang.
Dia memimpin masa perubahan yang cepat di Jepang, di masanya Jepang melakukan modernisasi di segala bidang, sehingga dalam beberapa dasawarsa berhasil menyamai negara-negara Barat yang dikatakan maju saat itu. Era pemerintahannya dikenal dengan nama masa Restorasi Meiji.
Orang Jepang sangat bangga dengan Restorasi Meiji karena restorasi dan industrialiasi yang menyertainya menjadikan Jepang sebagai kekuatan unggul di Pasifik dan sebagai salah satu negara utama di dunia hanya dalam satu generasi.
Kepemimpinan Kaisar Meiji
Pemimpin harus memiliki kemampuan melihat masa depan, mampu memprediksikan perubahan yang terjadi di masa depan, mampu melihat hambatan sekaligus peluang yang menghadang pada 10 tahun sampai 20 tahun ke depan. Pemimpin dituntut untuk mampu menggunakan seluruh potensinya secara harmonis dalam mengembangkan dan mengarahkan organisasi (Safaria, T. 2004).
Kaisar Meiji menyadari bahwa dunia barat telah berkembang kemajuan ilmu yang hebat. Dia mempunyai mimpi untuk memajukan negaranya dan melaksanakan mimpinya dengan jelas. Maknanya, ia memiliki visi untuk mensejajarkan diri dengan negara maju lainnya. Dalam jangka waktu 15 tahun semua berubah di Jepang, baik cara berpakaian, makanan, dan suasana kotanya.
Namun satu hal yang perlu dicatat, Kaisar Meiji tetap memegang teguh nilai-nilai luhur budaya bangsanya meskipun mengadakan modernisasi besar-besaran. Makna mendasarnya adalah value. Bangsa jepang mau berubah cara berpikirnya tetapi sepanjang menyangkut jati diri, dia tetap menghormati nilai luhur bangsanya. Kaisar Meiji adalah salah satu pemimpin yang memiliki kepemimpinan strategis dan visioner.
Kepemimpinan yang memiliki visi atau dapat disebut kepemimpinan visioner, terdiri dari dua kata, yaitu kepemimpinan dan visioner. Kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain dan membangun inovasi-inovasi secara langsung di dalam organisasi (R.M. Steers, G.R. Ungson, R.T. Mowday, 1985: 3007).
Visi masa depan ini harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Pertama, dalam kaitan ini visi masa depan memberikan wawasan makro yang dapat dijadikan dasar bertindak bagi para pemimpin (HAR Tilaar, 1997: 34). Kedua, daya pikir memiliki kekuatan yang luas dan dapat menerobos batas-batas fisik, waktu dan tempat. Visioner merupakan masa depan yang ideal, dapat berupa budaya dan kegiatan organisasi yang sedang berjalan (Lea Roy Beach, 1993: 50).
Kaisar Meiji adalah tokoh fenomenal dalam sejarah kemajuan bangsa Asia. Upaya-upaya yang dilakukan Kaisar Meiji terbilang sangat efektif dan efisien. Hal ini ditunjukan dengan kemajuan-kemajuan yang dicapai. Restorasi Meiji yang terjadi di Jepang telah mengubah Jepang menjadi negara yang modern dan imperialis. Jepang yang tadinya merupakan masyarakat yang kolot dan terisolir secara drastis berubah menjadi masyarakat modern yang setaraf dengan masyarakat di Eropa Barat.
Kaisar Meiji adalah pemimpin strategis dan visioner. Restorasi Meiji membawa pengaruh yang sangat besar dalam upaya merubah masyarakat Jepang menjadi masyarakat modern. Kemajuan-kemajuan yang dicapai setelah Restorasi Meiji ini tidak akan mampu berjalan jika tidak diimbangi dengan kemampuan dan etos kerja yang baik dari masyarakat Jepang sendiri. Kemajuan dalam segala bidang secara tidak langsung membuat bangsa Jepang melancarkan gerakan imperialism. Dalam pembaruan-pembaruan yang dilakukan, Jepang membuat suatu catatan penting yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua. Tanggal 11 Februari 1889 (tahun setelah restorasi Meiji).
Konstitusi ini adalah awal jepang mengenal sistem parlementer. Hal yang menarik dari Restorasi Meiji adalah bahwa antara unsur-unsur baru dan unsur-unsur tradisional semuanya berjalan secara bersama-sama. Jadi bisa kita katakan meskipun Jepang mengalami perubahan di berbagai bidang dan sektor, nilai-nilai tradisi leluhurnya tetap terjaga dengan baik hingga sekarang. Ini memberikan pelajaran bagi kita bahwa modernisasi bukan berarti merubah pola hidup dan tradisi lama leluhur yang positif dengan budaya barat.
Era global saat ini keperawatan membutuhkan pemimpin perawat yang mampu menjalankan kepemimpinannya secara tangguh dan andal. Sebagaimana sosok Kaisar Meiji yang membawa Jepang pada revolusi perkembangan yang pesat, begitupun keperawatan yang membutuhkan pemimpin strategis dan visioner untuk membawa profesi ini lebih baik dan diakui didancah global.
Keperawatan membutuhkan kepemimpinan efektif yang mempunyai visi yang jelas untuk mewujudkan kemajuan profesinya. Kepemimpinan merupakan kekuatan dinamis yang penting dalam mengkoordinasikan organisasi atau institusi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan keperawatan melibatkan banyak aspek dan unsur yang terkait didalamnya sehingga diperlukan pemimpin yang mempertimbangkan visi kedepan dan bagaimana mentransformasikan perubahan dan pembaharuan kedalam kegiatan sehingga mampu mewujudkan perubahan yang terencana, bertahap, namun berhasil guna. *****
Pemimbing: Madya Sulisno, SKp., M.Kes, Dosen Magister Keperawatan FK Undip.