SUKOHARJO-Sungai-sungai saat ini terlihat penuh sampah, limbah dan tidak terawat. Terutama sungai-sungai yang melintas atau berdekatan dengan pemukiman dan perkotaan.
Sungai di tanah air juga memberi kontribusi terjadinya banjir. Maraknya banjir banjir di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, tidak lepas dari pengaruh sungai-sungai yang bermasalah.
“Banyak sungai yang sakit. Itu memberi pengaruh maraknya banjir. Dari 155 daerah aliran sungai (DAS), 50 di antaranya mengalami kerusakan parah hingga harus segera dilakukan restorasi (pemulihan),” ungkap Prof Dr Suratman Worosuprojo, kepala Klinik lingkungan dan mitigasi bencana (KLMB) dalam seminar nasional tentang Restorasi Sungai yang digelar Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (30/6/2018) di Hotel Pramesti Kartasura.
Suratman yang juga pakar di bidang Geografi dari UGM ini menambahkan, sungai di Jawa sudah masuk kategori darurat bencana. “Makin seringnya banjir dan dampaknya meluas. Karena ada penurunan fungsi sungai, seperti banyaknya sampah, pencemaran air oleh pabrik, kehidupan aquatik mati, sedimentasi mencapai 75% dan penciutan daerah sungai atau berubahnya wajah sungai. Ini masalah serius, pemerintah harus segera menanganinya sebelum terlanbat,” katanya.
Suratman menambahkan ada 15 sungai yang diprioritaskan untuk dilakukan restorasi, di antaranya Sungai Citarum, Ciliwung, termasuk Sungai Bengawan Solo.
“Kita harus berkaca ke Belanda, proyek pelurusan sungai harus dievaluasi karena malah mengakibatkan banjir. Dan yang utama dukungan pemerintah,” ujarnya.
Agus Maryono, pelopor restorasi sungai yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut punya solusi untuk merawat sungai yakni dengan menggerakkan masyarakat melalui gerakan sekolah sungai.
“Kalau tidak dimulai dari sekarang, satu generasi nanti tidak bisa melihat keindahan dan manfaat sungai. Karena memang kerusakan sudah parah dan penyebab terbesar karena budaya manusia yang tidak mencintai sungai,” ujar Agus yang juga pelopor sekolah sungai.
Persoalan sungai itulah yang melatarbelakangi digelarnya seminar nasional Fakultas Geografi UMS dengan tema restorasi sungai. Choirul Amun, Ketua panitia menambahkan dalam seminar ini ada 70 peserta call papper yang memiliki ide dan metode untuk melakukan upaya restorasi sungai.
“Peserta dari seluruh Indonesia, mereka mempresentasikan ide, metode dan solusi mengenai restorasi sungai. Kami harap hasilnya bisa menjadi acuan pemerintah atau pengambil kebijakan dalam melestarikan alam khususnya upaya restorasi sungai,” tandas Choirul.
UMS juga siap berperan aktif dalam gerakan restorasi sungai, dengan ikut menyadarkan dan menggerakkan masyarakat. “Kita siapkan UMS akan membuat sekolah sungai, kita siap menularkan gerakan restorasi sungai,” tandas Choirul. (Marwantoro)