SRAGEN – PT. Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV menjamin pasokan solar bersubsidi di Sragen tetap aman dan sesuai dengan kebutuhan rata-rata normal konsumen di SPBU.
Unit Manager Comm & CSR MOR IV, Andar Titi Lestari dalam news rilisnya mengungkapkan bahwa Pertamina kemarin (20/8/2018) telah berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Dinas Pertaninan di Sragen guna memetakan kebutuhan Petani sesuai dengan Perpres 191 tahun 2014 dan Surat Rekomendasi bagi para Petani.
Andar mengakui bahwa saat ini realisasi penggunaan solar bersubisdi di Sragen sudah melebihi kuota per Juli lalu, namun Pertamina memastikan tidak melakukan pengurangan suplai solar. Pertamina bersama Pemda Sragen akan melakukan monitoring untuk memastikan penyaluran solar bersubsidi tepat sasaran.
Mengenai mekanisme pembelian solar bersubisidi bagi Petani, pembelian akan dilakukan bila Petani membawa surat rekomendasi dari kepala desa [kades] atau pejabat terkait.
“Tujuan aturan Surat tersebut untuk memastikan solar bersubsisi benar-benar tepat sasaran dan yang beli solar bersubsidi benar-benar petani sesuai rekomendasi yang tertulis,” jelas Andar.
Upaya Pengendalian Penyaluran Solar Bersubsidi tepat sasaran lainnya yaitu, Disperindag Sragen juga akan menghitung volume kebutuhan solar bersubsidi bagi petani.
Data volume kebutuhan petani tersebut nantinya dijadikan dasar bagi Pertamina untuk menyuplai solar bersubsidi di titik-titik SPBU yang dekat dengan sentral-sentral pertanian.
Di sisi lain, Wakil Ketua DPRD Sragen, Bambang Widjo Purwanto mempertanyakan kebijakan dan jaminan pasokan solar aman dari Pertamina. Pasalnya hasil inspeksi di lapangan dan SPBU-SPBU di Sragen, menunjukkan jumlah pasokan solar ke SPBU dikurangi sehingga konsumen utamanya petani juga kelabakan kesulitan mencari solar.
“Mestinya kalau Pertamina bijak, untuk daerah sentra pertanian seperti Sragen, kuotanya diberikan alokasi khusus untuk petani sehingga tidak mengorbankan petani. Sementara Sragen ini kan dilalui jalur nasional, sebagian besar solarnya juga diserap kendaraan berat dari luar daerah yang melintas. Aspirasi petani, kalau mendukung program swasembada pangan ya Pertamina jangan hancurkan petani dengan mengurangi pasokan bahan bakar untuk pertanian,” ujarnya.
Bambang menyampaikan saat ini ribuan hektare lahan padi di Sragen sedang memasuki masa berbuah. Jika sampai telat mrndapat air, risiko fatalnya bisa gagal panen secara total.
“Padahal Sragen itu termasuk penyandang pangan nasional dan lumbung pangan Jawa Tengah,” tegasnya.
Plh Kepala Dinas Pertanian Sragen, M Djazairi menyampaikan Data yang dihimpun di Dinas Pertanian, laporan terkini jumlah lahan padi saat ini 11.586 hektare.
Dari luasan itu, 1.069 hektare dilaporkan sudah terancam kekeringan. Lahan terancam kekeringan itu tersebar di enam kecamatan.
Luasan paling banyak terancam ada di Kecamatan Sidoharjo seluas 585 hektare, disusul Kecamatan Sragen seluas 188 hektare dan Tanon 120 hektare. Sementara lima hektare padi yang sudah puso berada di Tanon. Mayoritas padi yang terancam dan puso itu berumur antara 7-24 hari. Wardoyo