SOLO- Berkurangnya jumlah lahan pertanian yang subur dan pertumbuhan populasi manusia yang semakin cepat, memaksa para ahli untuk menemukan konsep baru untuk menjaga pasokan pangan dunia. Salah satu cara yaitu melalui penelitian inovatif di bidang ilmu pengetahuan dan rekayasa pengolahan pangan.
Upaya tersebut harus didukung oleh semua pihak dan membutuhkan kerja sama antara para ilmuan serta praktisi di seluruh dunia. Terkait hal itu, Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan the 2nd International Conference on Food Science and Engineering (ICFSE) 2018, Rabu (26/9/2018) yang bertujuan untuk memfasilitasi akademisi, peneliti, pembuat kebijakan, lembaga pemerintah dan swasta dalam mengungkapkan dan berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka mengenai topik atau permasalahan terkini dan tantangan ke depan terkait dengan ilmu pangan dan rekayasa proses.
Sebanyak 7 pakar dari berbagai Negara menjadi pembicara dalam ICFSE 2018 yang diselenggarakan di Solo Paragon Hotel and Residence pada Selasa (25/9/2018) hingga Rabu (26/9/2018). Dalam kesempatan tersebut, para peneliti dari UNS terus mengembangkan hasil riset beras hitam yang kini memasuki generasi ke-6 yaitu berupa tanaman padi lebih pendek umurnya. Selama ini usia panen beras hitam memang lebih lama jika dibandingkan dengan usia panen padi biasa. Jika padi biasa sekitar 3 bulan bisa dipanen, tapi untuk padi hitam ini sekitar 4-6 bulan.
“Tapi dari riset generasi ke-5, sudah bisa diperpendek lebih dari tiga minggu. Kami terus berupaya memperbaiki hasil riset beras hitam,” ujar Ketua Tim Peneliti Beras Hitam yang juga Wakil Rektor 1 UNS, Prof Sutarno di sela kegiatan ICFSE 2018.
Menurut Sutarno, kemajuan yang ditemukan pada generasi ke-5, juga menyangkut fisik tanaman padi. Saat ini batangnya semakin pendek sekitar 15-20 centimeter. Sehingga lebih kokoh ketika ada terpaan angin. Pasalnya kalau tanaman terlalu tinggi maka berisiko roboh jika terkena angin.
Di sisi lain, Peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Pertanian (FP) sangat tertarik mengembangkan varietas beras hitam. Selain varietas lokal, beras hitam juga belum banyak dibudidaya petani.
“Padahal beras hitam dikenal baik untuk kesehatan karena mengandung antosianin yang tinggi yang bermanfaat untuk antioksidan dan antikolesterol. Tiap 100 gram beras hitam, kandungan antosianinnya mencapai 200-400 miligram,” lanjut Sutarno.
Untuk mengembangkan varietas beras hitam dalam prosesnya menggunakan iradiasi untuk memperpendek masa tanam. Selain masa tanam lebih pendek, verietas beras hitam yang dikembangkan UNS tersebut aman untuk penderita diabetes namun tetap pulen dan wangi.
“Para peneliti di UNS terus mengembangkan varietas unggulan beras hitam, salah satunya dengan iradiasi yang merupakan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan),” tandas Sutarno. Triawati PP