SRAGEN- Aktor tampan Bertrand Antolin ternyata juga pernah punya masa lalu yang kelam. Aktor berdarah campuran itu mengaku pernah hidup dalam kemiskinan dan banyak jadi ejekan teman-teman semasa kecilnya.
Kisah kelam perjalanan hidupnya itu diungkap Bertrand saat hadir di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Sragen akhir pekan, Sabtu (17/11/2018) lalu. Saat berbicara memberi motivasi di hadapan puluhan napi Sragen, Bertrand sempat bercerita soal masa kecilnya yang penuh penderitaan.
“Bapak saya memang londo. Ibu saya dulu hanya jualan kue dari rumah ke rumah. Juga jualan es lilin di warung. Saya bisa seperti ini karena ibu saya sangat hebat,” paparnya.
Menurutnya, perjuangan ibunya itulah yang membuatnya bisa survive dan tetap bersemangat. Bahkan ia tak lupa ketika duduk di bangku sekolah SD, sering mengalami perlakuan diskriminasi.
Karena kondisi ekonominya saat itu, ia sering diejek dengan sebutan bule kampung dan bule keju.
“Di sekolah, saya paling miskin. Tapi saya bersyukur saya memiliki ibu yang sangat kuat,” terangnya.
Karenanya, ia berharap kepada para napi di Lapas Sragen tetap semangat dan optimis menatap kehidupan yang lebih baik.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengapresiasi koleganya, Irma Suryati seorang pengusaha penyandang difabel sekaligus eksportir keset asal Kebumen. Irma yang mengundangnya mendampingi ke Lapas Sragen, menurutnya sosok yang hebat dengan motivasi membantu sangat kuat.
“Kebetulan kami kenal dekat. Saya sangat salut sama beliau (Irma) dan saya diundang untuk ikut mendampingi ke Lapas Sragen ini,” paparnya kepada media.
Aktor berusia 38 tahun itu mengakui tergerak untuk ikut ke Lapas Sragen lantaran mendukung perjuangan Irma yang dikenal banyak membantu pemberdayaan napi di banyak Lapas di Indonesia.
“Beliau ingin warga binaan Lapas itu bisa dapat rejeki, bisa kirim uang dan punya keterampilan. Makanya saya sangat mendukung. Beliau sangat inspiratif banget. Saya banyak belajar dari beliau,” akunya.
Apa yang membuat Bertrand begitu mengagumi Irma? Sosok Irma di mata Bertrand dinilai punya kehebatan. Meski menyandang disabilitas, Irma memiliki kemitraan dan melatih produksi keset hampir 400.000 napi se-Indonesia.
“Meski orang mungkin bisa memandang sebelah mata, tapi tetap bersemangat melatih napi. Dikumpulkan itu dilatih membuat keset dan dikumpulkan jadi satu untuk diekspor ke mancanegara. Saya salut dan sangat respect,” urainya.
Bertrand juga melihat Irma sebagai orang yang memiliki aura positif. Sehingga ia memandang jika berada di dekat orang beraura positif, maka akan menular aura positifnya itu.
Irma memang diundang oleh Kalapas Sragen untuk menandatangani MoU antara Lapas dengan perusahaan Mutiara Handycraft produsen keset milik Irma. Kemitraan yang dijalin yakni memberikan pelatihan ke napi untuk memproduksi keset dan hasilnya nanti akan ditampung oleh perusahaan Irma untuk diekspor ke Australia.
Kalapas Sragen, Yosef Benyamin Yembise menyampaikan menurut rencana ekspor perdana akan dilakukan pada 26 November ini dengan kapasitas produksi sekitar 500-1000 lembar keset produksi napi Sragen. Wardoyo