SEMARANG- Fenomena mabuk dengan menggunakan sarana air rebusan pembalut wanita mendadak heboh dan membikin miris. Menurut Kepala BNN Jateng, AKBP Suprinanto, para anak jalanan nekat coba-coba mabuk rendaman pembalut karena mendengar dari mulut ke mulut.
Sebelumnya tahun 2016, sudah pernah ditemukan fenomena serupa di Belitung dan Karawang.
“Kami rehabilitasi dan berikan edukasi bagi mereka karena belum ada sanksinya. Anak jalanan memang rentan melakukan penyalahgunaan karena umumnya mereka punya gaya hidup bebas,” papar AKBP Supri.
Ia menguraikan perilaku nyleneh itu diduga merupakan pengembangan yang berawal dari coba-coba. Sebelumnya, banyak anak jalanan dan remaja yang ditemukan mabuk dengan obat pembasmi nyamuk, lotion anti nyamuk, obat-obatan dan sejenisnya.
Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan NAPZA Sitti Hikmawatty mengatakan, sesuai data yang masuk di KPAI, kasus ini bukanlah kasus baru.
“Pada saat kami tangani kasus penyalahgunaan PCC, 2017 lalu juga sudah kita temui, namun jumlahnya relatif kecil,” ujar Sitty.
Kegiatan remaja yang mencari alternatif zat yang dapat membuat mereka ‘fly’, tenang ataupun gembira, ucap Sitty, awalnya didapatkan secara coba-coba atau eksperimen.
“Jadi kalau kita mengenal beberapa golongan Psikotropika diluar Narkoba, maka beberapa zat ‘temuan’ para remaja ini termasuk kelompok eksperimen psikotropika,” kata Sitty.
Sitty berujar jumlahnya memang belum bisa diprediksikan, karena berkaitan erat dengan jumlah anak serta kreativitas “meramu” bahan-bahan yang mudah didapat dipasaran.
Minum air rebusan pembalut juga di dapat dari coba-coba, selain fenomena lain seperti ngelem, dan lainnya.
Ditengarai anak-anak itu mempelajari lewat internet. Sehingga mereka bisa membuat beberapa varian baru, dari racikan coba-coba.