SRAGEN- Tekad Lapas Kelas II A Sragen untuk memberdayakan narapidana menjadi mandiri mulai digeber. Sekitar 40 napi, Sabtu (17/11/2018) mulai dibekali pelatihan memproduksi keset yang akan dijadikan proyek ekspor ke Australia akhir November ini.
Tak tanggung-tanggung, pihak Lapas menghadirkan pengusaha “Mutiara Handycraft” asal Kebumen sekaligus ekeportir keset, Irma Suryati untuk memberikan motivasi dan pelatihan. Selain itu, juga hadir artis Bertrand Antolin yang mendampingi Irma memberi motivasi ke napi.
“Hari ini kita laksanakan penandatangan MOU pelatihan pembuatan keset antara Lapas Sragen dan Mutiara Handycraft Kebumen. Nantinya akan diekspor ke Australia,” papar Kalapas Sragen, Yosef Benyamin Yembise.
Menurut Yosef, kegiatan itu merupakan bagian dari pembinaan kemandirian napi dan mendidik mereka agar bisa mendapat penghasilan untuk keluarga. Langkah pemberdayaan itu merupakan kelanjutan dari program memanusiakan manusia di Lapas Sragen setelah tiga bulan program pembinaan keamanan selesai dilaksanakan.
“Sekarang tahap tiga bulan kedua kita arahkan pembinaan kepribadian dan kemandirian. Sehingga ketika bebas mereka bisa menjadi manusia yang mandiri dan bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan bisa memproduksi keset, nantinya mereka akan bisa mendapat penghasilan sehingga tidak lagi membebani keluarga,” terang Yosef.
Nantinya hasil dari produksi keset akan langsung ditabungkan ke rekening masing-masing napi. Sehingga ketika keluarga membesuk, mininal bisa memberikan uang untuk jajan atau biaya sekolah anak para napi itu sendiri.
Yosef menyampaikan untuk tahap awal ada 40 napi putra dan putri yang digerakkan untuk memproduksi keset. Rencananya ekspor perdana akan dilakukan 26 November mendatang.
Sekda Sragen, Tatag Prabawanto yang hadir mewakili bupati, dalam sambutannya menyatakan mendukung dan mengapresiasi gagasan Kalapas. Ia berharap dengan adanya pelatihan produksi keset, para napi bisa memiliki keterampilan yang menghasilkan dan bisa diaplikasikan ketika sudah bebas nanti baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan.
“Mereka ini seperti mata air di tengah kekeringan. Apalagi sudah ada garansi dari pengusaha yang siap memasarkan produk keset dari Napi Lapas Sragen. Dengan begitu, ketika bebas para napi itu bisa punya keterampilan dan kemandirian sehingga tak akan kembali lagi ke Lapas,” terangnya.
Sementara, salah satu napi, Wardoyo asal Sambirejo mengaku senang dan bangga bisa ikut pelatihan produksi keset. Dengan punya keterampilan maka akan membantu mengangkat perekonomian ketika sudah bebas nanti.
“Ini sangat positif bagi kami (napi) karena bisa menopang perekonomian,” ujar napi kasus perampokan dan divonis 10 tahun penjara itu.
Ekspor ke Australia
Sementara, Irma Suryati menyampaikan Lapas Sragen menjadi Lapas kedua yang ia gandeng kemitraan pemberdayaan napi untuk produksi keset. Pihaknya menerjunkan 7 instruktur untuk melatih napi dan dalam sepekan ke depan diharapkan sudah bisa memproduksi minimal 500-1000 lembar keset yang akan dieskpor perdana ke Australia 26 November.
“Saya bawa 7 orang untuk melatih napi di Lapas Sragen selama dua hari. Saya memang tergerak membantu karena melihat semangat besar Pak Yosef (Kalapas) yang ingin bagaimana napi itu bisa berkarya dan menghasilkan sehingga tidak membebani keluarganya. Minimal membantu mereka bisa mandiri,” jelasnya.
Artis Bertrand Antolin yang merupakan sahabat dekat Irma, tergerak datang ke Lapas Sragen karena diundang oleh Irma Suryati. Ia sangat mendukung gagasan Irma yang ingin melatih dan memberdayakan para napi di Lapas melalui produksi keset.
“Saya support sekali. Beliau (Irma) ini sangat inspiratif banget. Meski mohon maaf menyandang disabilitas, beliau punya semangat luar biasa mengangkat warga binaan agar punya keterampilan dan bisa kirim uang untuk keluarganya,” ujar artis yang juga Caleg dari Nasdem itu. Wardoyo