WONOGIRI-Tahun ini puncak peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) di Wonogiri digelar di lapangan Desa Gedawung, Kecamatan Kismantoro, Wonogiri, Kamis (15/11/2018).
Hal ini berbeda dengan peringatan di tahun-tahun sebelumnya, yang selalu berlokasi di Alun-alun Giri Krida Bhakti Wonogiri, yang merupakan pusat keramaian. Namun Pemkab kemudian, melakukan evaluasi.
“Peringatan HPS yang semula juga akan diadakan di alun-alun, sengaja kami lakukan perubahan. Sudah biasa jika di alun-alun, dan tidak berdampak apapun karena bersifat seremonial. Lalu kami mengambil satu kebijakan, jika digelar di daerah, akan membuka fakta riil, ini lho Wonogiri yang sebenarnya,” ungkap Bupati Joko Sutopo.
Kecamatan Kismantoro, sebut Bupati, dipilih karena masih membutuhkan perhatian khusus. Ada 4.980 masyarakat miskin, angka kemiskinan tinggi, anak berkebutuhan khusus ada 175 orang, dan balita gizi buruk 25 anak. Pemkab ingin, kegiatan ini dampaknya bisa dirasakan masyarakat di Kismantoro
Lebih lanjut dia menerangkan, tercukupinya kebutuhan pangan yang memenuhi kualitas dan kuantitas adalah pondasi untuk melangsungkan kehidupan dalam persaingan masyarakat global. Tujuannya masyarakat memiliki daya akselerasi dalam mewujudkan peningkatan pendapatan, pendidikan dan derajat kesehatan menuju kesejahteraan
“Pemerintah fokusnya pada sektor-sektor penyedia bahan pangan utama. Menuju kemandirian pangan di Wonogiri bukan hal yang mudah. Bagaimana komitmen pemerintah dalam mengalokasikan kebijakan dan programnya menuju kemandirian pangan, butuh kebijakan-kebijakan khusus,” sebut dia.
Mewujudkan pangan lokal menuju pangan sehat, sebagaimana tema HPS yakni Mewujudkan Pangan Lokal-Pangan Sehat-Pangan Masa Depan Menuju Kemandirian Pangan WonogirI, menurut dia, butuh sinergitas. Tahun ini dan tahun yang akan datang, ada alokasi DAK sebesar Rp 8 miliar untuk pembangunan insfrastruktur pertanian di Wonogiri.
Pemkab merancang mekanisasi pertanian dengan mengadakan alat-alat pertanian untuk meringankan biaya operasional petani. Pihaknya juga mengajak, memberikan pemahaman melalui kepala desa dan perangkatnya, sampai ke tingkat RW dan RT untuk memberikan inovasi-inovasi kebijakan yang bisa ditopang melalui dana desa.
Sementara program keberpihakan Pemkab Wonogiri pada petani diwujudkan dalam kegiatan pengembangan mekanisme pertanian, pembentukan satuan tugas pengawasan pupuk, pengembangan desa mandiri benih, dan pengembangan usaha pangan masyarakat. Selanjutnya pengembangan sentra tanaman buah, pengembangan sarana dan prasarana balai benih, dan peningkatan pengetahuan petani tentang manajemen pasca panen serta fasilitasi penguatan cadangan pangan masyarakat serta lembaga distribusi pangan masyarakat. Aris Arianto