SRAGEN- Memasuki musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Sragen mengimbau masyarakat di wilayah rawan untuk mewaspadai potensi bencana longsor.
Dari pemetaan BPBD, 14 desa yang tersebar di enam kecamatan Kabupaten Sragen rawan bencana tanah longsor. Hal itu disampaikan Kepala Pelaksana Harian BPBD Sragen, Sugeng Priyono kepada wartawan kemarin.
“Kawasan yang dipetakan perlu diwaspadai karena cukup sering terjadi bencana tanah longsor. Dari enam kecamatan rawan longsor, dua kecamatan paling perlu diwaspadai, yakni di Sambirejo dan Kalijambe,” kata Kepala Pelaksana Harian BPDB Sragen, Sugeng Priyono.
Dari data di BPBD, enam kecamaran yang dinyatakan rawan longsor tersebut adalah Masaran 1 desa (Desa Pilang), Plupuh 2 desa (Karanganyar dan Karangwaru), Sidoharjo 2 (Sribit dan Pandak), Sambirejo 5 desa (Musuk, Jetis, Sukorejo, Sambi dan Jambeyan). Kemudian Kecamatan Kalijambe ada 3 desa (Ngebung, Bukuran dan Sukorejo) dan Kecamtan Sumberlawang 1 desa (Ngargotirto).
Sugeng Priyono mengatakan, wilayah yang berada di lereng Gunung Lawu berbatasan dengan Jawa Timur, seperti Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo sering terjadi tanah longsor, khususnya saat musim penghujan seperti sekarang.
Selain itu desa yang cukup menjadi sorotan soal longsor yakni Dukuh Sijeruk, Desa Musuk, kecamatan Sambirejo. Pihaknya menyampaikan terdapat 24 keluarga yang tinggal di daerah rawan longsor tersebut.
”Karena wilayah tersebut tanahnya gerak. Selama ini kami terus membujuk mereka agar mau pindah, tetapi mereka tetap tidak mau dengan alasan sudah nyaman tinggal di daerah itu. Sebagai salah satu antisipasi, kami memasang jalur evakuasi di Dukuh Sijeruk,” terang Sugeng.
Sugeng menambahkan, selain bencana longsor yang menjadi ancaman, perlu diwaspadai juga adanya angin puting beliung pada saat hujan. Seperti angin kencang terjadi di sejumlah Kecamatan pekan lalu, yang mengakibatkan pohon tumbang dan menimpa jaringan listrik. Wardoyo