SRAGEN- Kasus dugaan perombakan lapangan SMPN 2 Sidoharjo yang dikabarkan dibuat sawah dan disewakan diam-diam, memantik respon dari Dinas Pendidikan Sragen. Kepala Dinas Pendidikan Sragen, Suwardi memastikan tim sudah diterjunkan untuk menindaklanjuti kasus itu.
Ia mengatakan tim sudah diterjunkan beberapa hari lalu usai mencuatnya berita dugaan penjualan lapangan sekolah di Dukuh Ngemplak, Desa Taraman, Sidoharjo itu.
“Sudah, kemarin tim sudah ke lapangan untuk mengecek dan mengklarifikasi ke pihak sekolah,” papar Suwardi Rabu (12/12/2018).
Menurut Suwardi, Kepala SMPN 2 Sidoharjo juga sudah dipanggil ke dinas untuk dikroscek perihal lapangan. Namun hasil pemanggilan dan kroscek ke lapangan, ia mengatakan masih menunggu hasilnya.
Pun saat ditanya apakah pihak sekolah memang menjual atau menyewakan lapangan dirombak jadi sawah, Suwardi masih menunggu hasil tim.
“Ditunggu saja,” urainya.
Meski demikian, ia menegaskan lapangan sekolah memang tak boleh dialihfungsikan atau dijual.
“Kami masih menunggu hasil dari tim, bagaimana kepastiannya,” tukasnya.
Terpisah, komite sekolah, perwakilan warga dan wali murid memang menegaskan menolak jika lapangan yang berada di belakang SMP itu dihapus dijadikan sawah dan dijual.
Ini jelas enggak benar. Aturan apapun dari Permendikbud, UU apapun Kaseknya sudah menyalahi. Lapangan untuk kegiatan siswa kok diam-diam dijadikan sawah dan dijual. Kemarin saya telusuri pembelinya orang seberang Gawan, namanya Pak Wid. Ngakunya membeli Rp 4 juta dengan syarat diminta buatkan sumur sibel. Kalau ditotal ini dijual Rp 14 juta lebih,” ujar Sekretaris Komite SMPN 2 Sidoharjo, Supardi diamini warga lain Sabtu (8/12/2018).
Widodo (50) salah satu tokoh Ngemplak menyampaikan warga sebenarnya sudah curiga dan resah namun takut untuk menyampaikan ke sekolah. Sebagai warga yang tinggal dekat sekolah dan lapangan, ia kecewa sekali dengan penjualan lapangan karena sangat merugikan siswa dan warga.
“Yang menyakitkan lagi, pohon-pohon besar yang ada di tepi lapangan ditebangi semua tanpa ada rembugan dengan warga. Anak-anak kecil yang biasanya main di lapangan akhirnya jadi nggak bisa main lagi karena lapangannya dijadikan sawah dan ditanami padi. Padahal lapangan ini juga sering digunakan untuk kegiatan warga saat 17an. Warga sebenarnya banyak yang nggrundel tapi takut meluapkannya. Ya baru kali ini, ada sekolah berani melangkah jual lapangan,” tuturnya.
Senada, sesepuh Dukuh Ngemplak yang tinggal di samping SMPN 2 Sidoharjo, Suwarno juga menyampaikan mewakili warga, dirinya menolak keras perombakan lapangan SMP itu. Sebab selain menghilangkan sarana olahraga siswa, hal itu juga menghilangkan hak warga yang selama ini banyak memanfaatkan untuk kegiatan 17an dan lainnya.
“Lapangan ini biasanya untuk perayaan 17an, lomba anak-anak. Kalau dihapus dan dijadikan sawah, kegiatan warga dan anak-anak mau dikemanakan. Makanya warga sepakat untuk menolak,” tandasnya. Wardoyo