![](https://i0.wp.com/joglosemarnews.com/images/2018/12/291218pln-putri-cempo.jpeg?resize=500%2C281&ssl=1)
SOLO– PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menandatangani kesepakatan pembelian listrik hasil Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Jumat (28/12/2018). Penandatanganam kesepakatan dilakukan antara PT PLN dengan PT Solo Citra Metro Plasma Power (SCMPP) selaku investor dan pengelola PLTSa TPA Putri Cempo.
Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah PT PLN (Persero), Amir Rosidin berharap setelah ditandatanganinya kontrak tersebut, PLTSa Putri Cempo benar-benar dapat beroperasi dua tahun ke depan. Sehingga pihaknya bisa segera mendistribusikan listrik kepada pelanggan.
“Kami berharap proyek ini bisa berjalan dengan baik dan sebagaimana dikatakan tadi bahwa saat ini sedang proses financial close dan pembangunan memakan waktu 1,5 tahun. Jadi 2022 awal diharapkan sudah bisa beroperasi, kemudian kami sudah bisa mendapatkan listrik untuk disalurkan kepada pelanggan,” urainya.
Ditambahkan Amir, guna kepentingan penyaluran listrik yang dihasilkan PLTSa Putri Cempo tersebut, pihaknya akan membangun jaringan baru sejauh 6,5 kilometer dari pembangkit di Palur.
“Kami sudah merencanakan tarikannya supaya ini nanti bisa kita distribusikan kepada seluruh masyarakat sekitarnya. Kalau dengan 5 Megawatt bisa untuk untuk menyuplay kebutuhan listrik bagi 10.000 pelanggan,” imbuhnya.
Di sisi lain, Direktur Utama PT SCMPP, Erlan Suherlan mengatakan, setelah ini pihaknya akan langsung melakukan pembangunan PLTSa yang seharusnya sudah berjalan sejak 2016.
“Setelah pembangunan pembangkit listrik selesai, tahap lertama kami akan memproduksi listrik sebesar 5 Megawatt dari total rencana 10 Megawatt. Total sampah yang akan diolah adalah 450 ton per hari untuk menghasilkan 10 Megawatt, dan tahap pertama ini baru 5 Megawatt. Saat ini volume sampah di TPA Putri Cempo ada sebanyak 1,6 juta ton,” tandasnya.
Dikatakan Erlan, nilai investasi yang dibutuhkan pada pelaksanaan proyek tahap pertama kali ini sekitar 23 juta dolar Amerika Serikat (AS) dan hingga tahap kedua mendatang total investasi yang dibutuhkan sekitar 57 juta dolar AS. Sedangkan untuk proses produksi dari sampah menjadi listrik tersebut dimulai dengan memilah sampah dari material yang tidak dapat diproses seperti kaca, logam, dan beton secara manual dan menggunakan mesin otomatis.
“Selanjutnya, sampah yang telah disortir akan diolah hingga menjadi biochar yang memiliki nilai kalori sekitar 5.000 kkal/kg dengan kadar air 10-15 persen. Biochar ini yang akan diolah untuk menghasilkan tenaga listrik dengan proses gasifikasi. Dimana biochar diolah secara termokimia untuk mendapatkan campuran gas yang mudah terbakar atau Syngas. Syngas ini yang akan diolah kembali hingga menghasilkan listrik,” pungkasnya. Triawati PP