JAKARTA– Selama kepemimpinan Presuden Joko Widodo (Jokowi), pembangunan infrastruktur jalan tol menjadi prioritas utama.
Kebijakan tersebut di satu sisi bisa mengundang decak kagum, namun di sisi lain bisa mengundang cibiran.
Jokowi sediri mengakui, orang yang tidak senang dan benci dirinya tidak akan mengerti tujuannya membangun jalan tol.
“Silakan ada orang ngomong kepada saya, Pak kita enggak mau makan jalan tol. Ya kalau enggak ngerti teori ekonomi makro sulit saya menjelaskan. Atau kalau memang benci dan enggak senang, dijelaskan kayak apa ya enggak nyambung,” kata Jokowi dalam silaturahmi paguyuban pengusaha Jawa Tengah di Semarang Town Square, Sabtu (2/2/2019).
Jokowi mengatakan, di era kepemimpinannya memang fokus terlebih dulu di sektor infrastruktur, kemudian sektor pengembangan sumber daya manusia. Sebab, jika semua program berbagai sektor dilakukan berbarengan tidak akan ada hasilnya karena anggaran akan tercecer.
“Seperti infrastruktur ini. Itu tahapan jegret, tahapan jegret, memang harus seperti itu. Kalau semuanya dikerjakan, anggaran diecer-ecer, kembali lagi baunya enggak akan kelihatan. Percaya saya,” katanya.
Jokowi pun menjelaskan alasannya fokus pada sektor infrastruktur terlebih dahulu. Pada 1978, kata Jokowi, Indonesia sudah memulai pembangunan jalan tol Jagorawi sepanjang lebih kurang 50 kilometer. Menurut dia, banyak negara lain seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Cina, dan Filipina ingin melihat seperti apa manajemen, konstruksi, dan pengelolaan jalan tol.
Tetapi, setelah puluhan tahun sejak dimulainya pembangunan jalan tol, Indonesia baru membangun sepanjang 780 kilometer sampai 2014.
Jokowi mengatakan, panjang jalan tol bertambah 782 kilometer dalam empat tahun kepemimpinannya. Ia memperkirakan, panjang jalan tol yang dibangun selama periode pemerintahannya akan mencapai 1.854 pada akhir tahun ini.
Kendati begitu, Jokowi meminta pencapaiannya itu tidak ditepuktangani. Sebab, ia menganggap proses pembangunannya masih lambat meski sudah bekerja tiga shift dari pagi hingga malam. Mantan Gubernur DKI itu membandingkan pembangunan jalan tol di Cina.
“Sekarang dalam kurun waktu yang seperti tadi saya sebutkan, sudah bangun 280 ribu kilometer. Jangan ditepuki, kita harus sedih lihat angka-angka itu. Kita 780 kilometer, mereka 280 ribu kilometer,” katanya.
Menurut Jokowi, jika semua jalan tol sudah terbangun, seperti Trans Jawa danTrans Sumatera, kecepatan distribusi barang dan mobilitas orang di Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Ia meyakini bahwa negara yang cepat bisa memenangkan kompetisi dengan negara lain. #tempo.co