MAGELANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Tidak mudah bagi Presiden Jokowi untuk mengambil alih saham mayoritas PT Freeport Indonesia. Banyak cobaan dan “teror” dialamatkan kepada presiden maupun menteri-menterinya.
Hal itu dungkapkan oleh Jokowi dalam acara Silaturahmi Bersama Alim Ulama Memperingati Harlah NU di Pondok Pesantren API ASRI Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (23/3/2019).
Jokowi bahkan sering menerima pesan-pesan yang menakutkan. “Banyak ditakuti, ‘Pak, nanti kalau Freeport diambil, Papua bergejolak,” cerita Jokowi.
Presiden juga mendapat pesan jika Indonesia berhasil menguasai Freeport maka Amerika Serikat akan marah. “Saya juga ditakuti. Nanti di belakang ada ini… ini … ini… Dibilang, ‘awas, di Papua Pak Presiden akan dikerjain dengan cara ini. Kalau saya mikirnya ruwet bisa mundur,” ujar Jokowi.
Namun demikian, ancaman-ancaman itu tidak terjadi.
“Setelah kami ambil alih, saya ketemu Presiden Donald Trump senyum-senyum saja,” katanya.
Sebelumnya, ketika Jokowi bertemu Presiden Obama pun, juga tidak menanyakan apa-apa soal Freeport.
Menurut Jokowi, sikap kedua pemimpin Amerika Serikat itu menandakan masyarakat Indonesia selama ini hanya ditakut-takuti saja. Hal itu yang membuat Indonesia tak mampu mengambil alih Freeport selama puluhan tahun.
Setelah mantap untuk menguasai mayoritas saham Freeport, Jokowi menunjuk tiga menterinya untuk mengurusnya. Namun, kata dia, tiga menteri itu ragu untuk menguasai Freeport. Namun ia meyakinkan mereka mereka.
“Sudah, jalanin aja. Risiko politik ada di saya bukan di kamu,” ujarnya.
Saat memerintahkan menterinya bekerja, kata Jokowi, para menteri ditakut-takuti lagi.
“(Mereka) Balik lagi, dibilang di belakang ada penggede.”
Ia meyakinkan menteri-menterinya lagi.
“Sudah maju aja, maju terus, jangan mundur. Dikit-dikit, tapi maju.”
Jika satu kali mundur, Freeport tidak akan pernah diambil alih. Akhirnya, kata Jokowi, pada penghujung 2018, pemerintah Indonesia resmi menguasai 51 persen saham PT Freeport Indonesia.