SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – SMP Negeri 8 Surakarta menggelar workshop penyusunan PTK (penelitian tindakan kelas), Jumat (10/5/2019).
Waka Humas, Ngateman SPd dalam rilisnya menjelaskan, sebenarnya workshop itu berlangsung lima kali. Workshop digelar tiap hari Jumat.
“Terakhir adalah Jumat, 10 Mei 2019 kemarin,” jelasnya.
Workshop dibuka oleh Kabid GTK Dinas Pendidikan Kota Surakarta, Budi Setiono Hadi, SPd MPd. Dalam sambutannya, Budi mengatakan, penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meneliti guru dan peserta didik.
“Guru mengajar agar supaya peserta didik menjadi lebih pandai dari sebelumnya,” ujarnya.
Selain itu, guru juga melayani peserta didik agar mereka menjadi anak yang berkarakter. Dengan melakukan PTK, diharapkan mutu pelayanan guru kepada peserta didik meningkat.
“PTK juga bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan pengembangan diri dalam menulis jurnal,” bebernya.
Sementara itu, Kepala SMP Negeri 8 Solo, Triad Suparman MPd mengatakan, workshop PTK tersebut bertujuan sebagai pembelajaran untuk perbaikan kelas.
“Selain itu bisa juga untuk angka kredit. Kebetulan saya juga membutuhkan angka kredit ini agar tidak hanya berhenti di golongan IVa saja, tetapi juga untuk salah satu syarat kenaikan pangkat,” ujarnya.
Triad berharap para guru semangat dalam mengikuti workshop agar tidak hanya berhenti di golongan tertentu. “Sementara jangka waktunya sudah melebihi aturan yang sudah ditentukan,” ujarnya.
Workshop tersebut menghadirkan narasumber yang berkompten di bidang PTK, yakni Dra Siti Muslikhah, MM.
Workshop berlangsung dinamis, karena pembahasan dan contoh-contoh PTK disesuaikan dengan mata pelajaran peserta workshop.
“Jadi tidak hanya khusus mata pelajaran yang diampu oleh narasumber saja,” jelas Ketua Panitia, Dra Inawati.
Setiap kali pertemuan, peserta diharuskan membuat PTK sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Karya itu kemudian diteliti oleh narasumber.
Revisi yang diberikan narasumber pun sangat jelas dan mudah dimengerti oleh peserta. Bahkan ada seorang guru yang menyerahkan buku PTK yang sudah dijilid dan sudah pernah diseminarkan tetapi mendapatkan nilai 0.
Menghadapi kondisi serupa, Siti Muslikhah menyarankan peserta untuk melakukan konsultasi langsung. Gambarannya seperti proses penyusunan skripsi oleh mahasiswa.
Faktanya, di Kota Solo banyak yang sudah mengajukan PTK untuk dinilai. Namun tidak sedikit yang gagal. Nilai PTK hanya dua macam, yaitu 0 dan 4.
“Nilai 4 otomatis mendapatkan nilai, tetapi jika nilainya 0, maka wajib direvisi lagi. Dan sayangnya, banyak yang berhenti di revisi karena PTK ini memang benar-benar tidak mudah. Butuh waktu dan energi yang banyak,” ujarnya.
Untuk memberikan semangat pada peserta workshp, di akhir acara, Siti Muslikhah menghadiahkan dua buah buku jurnal untuk dipelajari atau sekadar bahan bacaan.
Selama workshop berlangsung, para peserta tampak sangat antusias dan bersemangat. Tidak terkecuali kepala sekolah.
Bahkan peserta workshop yang berjumlah 44 orang guru itu banyak yang membuat PTK.
“Memang ada beberapa yang tidak membuat, karena usia yang sudah menjelang pensiun,” ujarnya. suhamdani