Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Terbongkar, Korban Intimidasi di Gondang Sragen Mengaku Dipaksa Oknum Ketua KPPS Untuk Milih PDIP 

Ilustrasi dikucilkan

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Kasus dugaan intimidasi pilihan pada Pemilu 17 April 2019 yang dilakukan oknum KPPS dan PNS serta sejumlah tokoh di Dukuh Piji, Glonggong, Gondang akhirnya menguak titik terang.

Dua ibu paruh baya yang menjadi korban, MK (50) dan seorang janda PM (55) mengaku didatangi dua orang dan oknum PNS sekaligus Ketua KPPS yang meminta memilih PDIP dengan disertai kalimat bernada intimidasi.

Hal itu terungkap ketika korban diklarifikasi di Bawaslu Sragen kemarin. MK dan PM datang dengan didampingi keluarga mereka serta saksi-saksi yang mengetahui insiden pengancaman saat hari coblosan 17 April itu.

Kepada JOGLOSEMARNEWS.COM , korban mengatakan dua kali didatangi oleh para pelaku sembari diancam jika tak mau memilih sesuai arahan mereka.

“Yang pertama datang dua orang kelihatannya kader. Datang jam 22.00 WIB malam sebelum coblosan (Selasa, 16/4/2019). Waktu itu datang dan bilang pokokne njaluk suara nggo PDIP. Lalu dijawab ngapunten kula mpun duwe pilihan piyambak (maaf, saya sudah punya pilihan sendiri). Lalu langsung pulang sambil bilang awas gitu,” ujar NO, kerabat MK, seusai mendampingi MK memberikan keterangan di Bawaslu Sragen kemarin.

NO yang juga mengetahui kejadian pengancaman itu kemudian menceritakan setelah kedua orang itu pulang, datang WT (48) oknum PNS sekaligus Ketua KPPS di Dukuh Piji ke rumah MK.

WT datang dengan maksud kembali ngegas agar MK dan keluarga bisa mengikuti memilih sesuai arahannya. Namun permintaan itu kembali dijawab dengan halus oleh korban bahwa ia sudah punya pilihan sesuai hati nuraninya sendiri.

“Lalu Pak WT bilang kowe kan duwe anak wis gedhe. Ngko nak mantu ora arep dibantu piye. (Kamu kan punya anak sudah besar, nanti kalau punya hajat tidak akan dibantu gimana). Bilangnya ya agak keras lalu terus pergi,” tutur NO.

Ia juga memastikan jika kedatangan tiga orang termasuk oknum Ketua KPPS dan PNS itu memang meminta dan mengarahkan untuk memilih PDIP dan Caleg tertentu dari PDIP.

Tak hanya ke MK, perlakuan serupa ternyata juga dilakukan WT dan beberapa kader ke PM, janda yang tinggal tak jauh dari rumah MK.

PM yang tinggal menumpang di rumah kerabatnya itu juga mengalami perlakuan yang sama dan ditekan agar memilih sesuai arahan WT.

Terpisah, Ketua Bawaslu Sragen Dwi Budhi Prasetyo membenarkan sudah mengklarifikasi para korban, terlapor dan saksi-saksi atas kasus dugaan intimidasi pemilih di Glonggong, Gondang itu. Permintaan keterangan itu merupakan yang kedua kalinya sekaligus bersama dengan agenda pemeriksaan terlapor.

“Iya, korban dan saksi-saksi tadi datang semua dan sudah dimintai keterangan lagi. Terlapornya juga. Ya seperti itu bilangnya,” terangnya.

Dwi menambahkan saat diperiksa, korban memang menyebut didatangi dua kali oleh terlapor pada malam sebelum coblosan. Menurut pengakuan korban, saat itu memang dimintai suara untuk memilih PDIP di Pemilu 17 April.

“Tapi terlapor tidak mengakui kalau dianggap mengancam atau mengintimidasi. Kata terlapor tidak ada paksaan, yang penting sudah mendatangi. Bilangnya begitu,” terangnya. Wardoyo

 

Exit mobile version