KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM – Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengungkap kasus PD BKK Pringsurat Temanggung. Selain itu, ia juga menyebut saat ini kondisi PT BKK Jateng, masih merugi Rp 170 miliar.
Hal itu membuat Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo melakukan perombakan besar-besaran. Ia memutuskan menggabungkan seluruh PD BKK se- Jateng menjadi entitas perbankan baru bernama PT BKK Jateng Perseroda.
Ada sebanyak 27 BKK se -Jateng tergabung dalam entitas tersebut. Namun, saat ini kondisi keuangan PT BKK Jateng masih belum stabil, karena dalam kondisi merugi.
“Istilahnya ini nglungsugi, jadi lahir kembali. Tentu ini memiliki harapan besar untuk semakin baik, meskipun saat terbentuk masih merugi sekitar Rp 170 miliar,” ungkap Ganjar saat memberikan pembinaan pengurus PT BKK Jateng di Dewangsa Lor Inn Colomadu, Senin (12/08/2019).
Ganjar menargetkan, selama dua tahun keuangan di PT BKK Jateng akan normal atau mencapai Break Even Point (BEP). Ia yakin kepengurusan baru dapat mewujudkan target itu.
“Apalagi aset PT BKK Jateng ini sangat besar, mencapai Rp 2,1 triliun. Dengan aset sebesar itu, ritme kerja, tujuan dan paradigma yang sama, maka saya yakin target itu tercapai dan PT BKK Jateng akan menjadi bank yang lebih besar,” tegasnya.
Ganjar kemudian menyebut banyak hal yang dapat dilakukan oleh PT BKK Jateng menjadi bank yang sehat dan besar. Ia juga meminta agar kehadiran PT BKK bisa ikut menyelesaikan persoalan-persoalan di masyarakat bawah.
“Saya minta persoalan di level bawah dibereskan dengan inovasi dan produk-produk PT BKK Jateng. Persoalan di desa-desa, UKM, pedagang kaki lima, pedagang pasar, petani, nelayan dan sebagainya. Persoalan perumahan dan seni budaya juga harus mendapat perhatian,” pungkasnya.
Direktur Utama PT BKK Jateng, Kusnanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan inventarisasi baik aset, sumber daya manusia dan bisnis di perusahaan tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan termasuk menciptakan sejumlah produk baru yang memang dibutuhkan masyarakat.
“Kami akan bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan. Waktu dua tahun yang diberikan pak Gubernur sebagai pemegang saham untuk BEP (break event point) memang tidak lama, namun kami optimis bisa mewujudkannya,” kata dia.
Upaya untuk mengejar ketertinggalan tersebut lanjut dia juga terus dilakukan. Dalam waktu sebulan setelah lahir, yakni tepatnya 2 Juli 2019, pihaknya berhasil melakukan efisiensi hingga Rp 7 miliar.
“Akan terus kami kejar ketertinggalan ini. Kami optimis bisa menjadi bank yang besar dan masuk lima besar nasional,” tukasnya. Wardoyo