SOLO, JOGLOSEMARMEWS.COM– Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) Toya Wening Solo menggelar shalat minta hujan, Kamis (12/9/2019), di kompleks kantor setempat. Salat minta hujan diikuti seluruh karyawan PDAM Toya Wening Solo.
Salat minta hujan atau istiqa dilakukan karena musim kemarau yang berkepanjangan. Kondisi itu berdampak pada menipisnya stok air untuk masyarakat Kota Solo. Direktur Teknis PDAM Toya Wening Solo, Tri Atmaja menuturkan, selama ini kebutuhan air warga Solo bergantung pada pasokan air dari luar daerah. Musim kemarau berkepanjangan kali ini berdampak pada kekeringan di sejumlah wilayah di Soloraya.
“Salat ini dilaksanakan untuk memohon agar diturunkan hujan yang barokah di wilayah Solo Raya. Sebab selama ini pasokan air di Solo didukung dari wilayah sekitar,” tuturnya.
Kekeringan yang terjadi tak hanya berdampak pada daerah aliran sungai (DAS) Bengawan Solo yang ada di Jawa Tengah, namun juga berdampak pada pencemaran air di DAS Bengawan Solo yang ada di Jawa Timur.
”Kami juga telah koordinasi dengan TKPSDA (Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air) agar mereka memperhatikan kondisi air di Bengawan Solo. Termasuk kami juga meminta ke Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah untuk menangani persoalan air sungai yang tercemar limbar dari para pelaku usaha Etanol di Sukoharjo,” imbuh Tri.
Sementara itu, PDAM Solo mendapat pasokan air dari daerah Cokro, Tulung, Klaten dengan debit 387 liter/detik. Selain itu ada 23 sumur dalam yang menjadi pemasok air di PDAM Solo yang memasok 337 liter per detik. Ditambah lagi PDAM memiliki Instalasi Pengolahan Air (IPA) di tiga titik, Semanggi, Jurug dan Jebres dengan kapasitas 210 liter per detik.
”Saat ini kami memiliki sebanyak 58.000 pelanggan. Sejauh ini pasokan air pada pelanggan masih mencukupi. Tapi memang untuk pasokan air permukaan di tiga IPA, saat ini hanya bisa melayani 60 persen saja,” tukasnya. Triawati PP