Beranda Umum Nasional Bamsoet Mundur, Pengamat: Bohong Kalau Istana Tak Intervensi

Bamsoet Mundur, Pengamat: Bohong Kalau Istana Tak Intervensi

Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) X Partai Golkar di Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, Selasa (3/12/2019) / tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu menegaskan pemerintah tak akan intervensi dalam Munas Partai Golkar dalam rangka memilih ketua umum baru.

Melihat fenomena yang berkembang di Munas, termasuk mundurnya Bambang Soesatyo (Bamsoet) dari pencalonan, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin, menilai terlalu naif jika menyebut Munas Golkar tanpa intervensi Istana.

Dari munas ke munas, kata Ujang, pemerintah selalu mengintervensi siapa yang akan menjadi Ketua Umum Golkar.

“Bohong jika tak ada intervensi. Jika tak ada tekanan dan intervensi Bambang Soesatyo tak akan mundur. Dan jika tak ada intervensi banyak kader Golkar yang akan maju. Karena ada intervensi, sudah tahu siapa yang akan jadi,” ujar Ujang saat dihubungi Tempo pada Rabu (4/12/ 2019).

Ujang menyebut, terlalu mudah dibaca bahwa Luhut Binsar Panjaitan merupakan salah satu tokoh senior Golkar sekaligus perpanjangan tangan Jokowi yang menyampaikan pesan istana.

Baca Juga :  Usai Tangkap Terduga Pelaku Penambangan Ilegal di Solok, Kasatreskrim  Ditembak oleh Rekan Kerjanya Sendiri Hingga Tewas

“Kan Bamsoet mundur juga di depan Luhut,” ujar Ujang.

Saat memberikan sambutan di pembukaan Munas Golkar, Presiden Joko Widodo atau Jokowi membantah ada intervensi istana dalam Munas Golkar.

“Ada yang bilang, katanya istana intervensi. Tidak ada. Saya berikan jaminan, tidak ada,” ujar Jokowi saat menyampaikan sambutan dalam acara pembukaan di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta pada Selasa malam, 3 Desember 2019.

Menurut Jokowi, kalaupun ada menterinya yang ikut campur dalam Munas Golkar dengan mengumpulkan para DPD, maka menteri itu tak lain adalah menteri-menteri dari Golkar sendiri.

“Bisa saja Pak Agus (Agus Gumiwang) atau Pak Zainuddin Amali, atau Pak Jerry Sambuaga,” ujar Jokowi. “Atau Pak Luhut, bisa saja”.

Yang jelas, kata Jokowi, dia ingin Partai Golkar terjaga karena bisa mempengaruhi stabilitas politik nasional yang bisa berdampak pada kepercayaan asing menanamkan modal di Indonesia.

Baca Juga :  Tahun Depan PPN Naik dan BBM Tak Masuk Perkecualian, Kelas Menengah Kian Terjepit?

“Kalau Golkar goyang, perpolitikan nasional goyang. Golkar panas, perpolitikan nasional panas. Golkar dingin, politik dingin,” ujar Jokowi.

www.tempo.co