SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Warga Sragen dihebohkan dengan beredarnya video berisi aksi protes sejumlah warga di Desa Tanon, Kecamatan Tanon.
Video itu berisi aksi demo kecil-kecilan yang dilakukan oleh tiga orang warga setempat. Video berdurasi tepat 1 menit itu beredar luas melalui pesan berantai Whatsapp dan diunggah di beberapa media sosial Facebook dan lini medsos lainnya.
Dari hasil pelacakan pihak desa, aksi demo itu digawangi oleh 3 orang berprofesi sebagai sopir dan satu orang penjual mie ayam.
Sekdes Tanon, Muh Zamroni mengatakan dari hasil pelacakan, aksi protes dengan orasi dan spanduk itu dilakukan oleh empat orang warga. Tiga orang diantaranya berprofesi sebagai sopir dan satu penjual mie ayam depan kantor balai desa.
Mereka masing-masing Zainuri warga Dukuh Gabusan RT 19, Sawijo warga
Dukuh Geneng RT 18 dan Ujang warga Bangle RT 11. Sedangkan satu penjual mie ayam bernama Suyatno alias Gudel.
“Kejadiannya Selasa (24/12/2019) kemarin Jam 10an WIB. Waktu itu kantor memang libur, tapi kami pada ngumpul lihat proyek bersama dan ngukur jalan yang kita ajukan di 2020. Kemudian kami dapat kabar ada beberapa warga memasang spanduk di depan kantor desa dan tulisannya seperti itu,” papar Sekdes ditemui di kantor balai desa, Kamis (26/12/2019).
Mendapat kabar ada spanduk di depan kantor desa, semua perangkat kemudian meluncur untuk tabayun melihat spanduk itu.
Bersamaan itu kemudian beredar video aksi permintaan semacam demo yang dilakukan beberapa warga dengan spanduk yang dipasang di depan balai desa.
“Setelah mendapat info, kita langsung minta Ketua BPD untuk kumpul. Saya minta keterangan kenapa pada protes.
Kemudian yang masang ditelpon dan langsung datang ke kantor desa. Kami klarifikasi dan kita jelaskan duduk permasalahannya. Mereka intinya minta gawean. Nah, untuk 2019 memang sudah ada kesepakatan soal penentuan supliyer yang menyediakan material, kalau ada yang punya armada mau ngesub, bisa bilang baik-baik ke supliyernya. Dan itu ada aturannya, nggak tahu-tahu langsung protes,” terangnya.
Menurutnya, semua warga yang terlibat aksi dan ada di video sudah dipanggil ke balai desa dan digelar musyawarah. Ia menyimpulkan aksi itu diduga memang karena ada kesalahpamahan dan kurangnya pemahaman warga soal mekanisme penanganan proyek di desa.
“Karena supliyer itu memang harus memenuhi persyaratan izin, NPWP dan persyaratan lainnya. Dan itu sudah menjadi kesepakatan dan sudah sesuai aturan,” tutur Zamroni.
Sementara, PJ Kades, Sumarsono menyampaikan soal video yang terlanjur viral, pihak desa sudah legawa. Yang terpenting, permasalahan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
“Kita ambil hikmahnya saja,” tuturnya.
Seperti diberitakan, video aksi demo kecil-kecilan tersebut dengan cepat menyebar ke penjuru Sragen dan merambah berbagai kalangan. Tak hanya warga biasa, video juga menyebar ke kalangan PNS di jajaran Setda Sragen.
“Saya dapatnya dari WA tadi pagi. Kayaknya memang beredar dari pesan. Tapi di FB diunggah juga Mas,” papar Agus, warga Mojo, Sragen, Kamis (26/12/2019).
Sementara dari video yang diterima JOGLOSEMARNEWS.COM , video itu diambil oleh seorang warga. Kemudian tiga warga lainnya memegang spanduk dan salah satunya menyampaikan semacam orasi.
Tulisan di spanduk itu berbunyi “Tujuane dana masuk desa kuwi kanggo ngurangi kere ora nambai kere. Dadi aparat desa ki sing adil yo mikir rakyate ora mikir wetenge dewe- dewe. Kabeh yo butuh nyambut gawe”.
Kemudian salah satu warga yang memegang spanduk di tengah, melontarkan orasi berbunyi ” Kanggo oknum-oknum aparat Desa Tanon. Celekno matamu, rungokno kupingmu. Deloken ki sopo, ki sopo”
“Kabeh ki yo butuh nyambut gawe. Ki sopir kabeh. Gawean mung mbok kekne wong siji loro. Opo Kurang batine. Nek terah nyambut gawe ki ra ngono kuwi. Gawe laporan tok, proyeke ra enek, laporan fiktif. Dadi aparat ki sing adil. Kabeh ki yo butuh urip butuh mangan”. Wardoyo