Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Terungkap, Teror Ari Askhara Bikin 8 Orang Awak Kabin Ambruk!

kolase / tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pencopotan Ari Askhara dari jabatan Dirut PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk lantaran kasus penyelundupan Harley Davidson dan sepeda lipat Brompton, membuka kasus lain yang selama ini tertutup rapat.

Kasus tersebut adalah penindasan. Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia (IKAGI) akhirnya mengadukan penindasan yang dilakukan Dirut Garuda Indonesia non-aktif, Ari Askhara kepada Menteri BUMN, Erick Thohir.

Salah satu penindasan yang paling menyengsarakan awak kabin adalah jadwal perjalanan Sydney – Jakarta- Sydney yang dilakukan secara Pulang-Pergi.

Bahkan, karena aturan ini, sebanyak delapan awak kabin sampai ambruk dan harus diopname.

Sekretaris IKAGI, Jacqueline Tuwanakotta bersama beberapa anggota organisasi awak kabin pesawat plat merah itu mendatangi kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengadukan penindasan I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Ari Askhara).

Menurut Sekretaris IKAGI, peagawi yang tergabung dalam organisasi tersebut sudah sering mengeluh apa yang sering mereka rasakan saat bekerja.

Hingga berita mengenai pencopotan Dirut Garuda Indonesia oleh Menteri BUMN, Erick Thohir mencuat, pegawai kabin pesawat merasa sangat bahagia.

Mereka merasa tak pernah ada tempat mengeluh dalam hal penindasan yang berkedok dinas tersebut saat Ari Askhara masih menjabat.

Awak kabin yang selalu berada di bawah tekanan saat bekerja, hingga mereka tak bisa merasakan bekerja dengan aman dan nyaman.

Bayang-bayang hukuman berat yang diberikan secara semena-mena oleh Dirut Garuda kala itu menjadi momok bagi pegawai pesawat tanpa terkecuali.

“Saat ini karyawan sudah merasa senang ketika yang terjadi Ari Askhara diturunkan, dicopot, banyak karyawan yang bersyukur, bahagia, karena selama beliau memimpin banyak sekali kerusakan di PT Garuda Indonesia,” ujar Jacqueline di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (9/12/2019).

Jacqueline menjelaskan, di masa kepemimpinan Ari, awak kabin Garuda merasa bekerja dalam tekanan.

Kesalahan sekecil apapun yang disengaja maupun tak disengaja oleh pegawai akan diganjar Ari Askhara dengan hukuman yang cukup berat.

Ancaman pun selalu menghantui pegawai saat bertugas mengantarkan penumpang dengan pesawat Garuda yang diberikan oleh Dirut secara langsung.

Kesemena-menaan itu membuat pegawai merasa tak nyaman hingga diduga banyak pegawai Garuda mengundurkan diri.

Tak sampai di situ, di bawah tekanan dan hukuman membuat kinerja dan pelayanan Garuda Indonesia di setiap perjalanan seperti mengalami penurunan beberapa waktu ini.

Jacqueline memberikan contoh bahwa saat membuat kesalahan sekecil apapun oleh pegawai, ancaman yang diberikan Ari Askhara pada pegawai tersebut adalah pemindahan tugas ke Papua.

Atau bahkan awak kabin dilarang terbang atau mendapat penalti untuk tidak berdinas atau istilahnya di-grounded secara tiba-tiba.

“Mereka (awak kabin) takut ada yang terancam, contoh, lakukan kesalahan sedikit langsung dipindahkan ke Papua, kemudian kesalahan yang harusnya masuk dalam pembinaan, tiba-tiba di-grounded, tidak boleh terbang,” kata dia.

Tak kalah dengan masa tanam paksa, Ari Askhara dinilai membahayakan kesehatan pegawai karena memberikan jam kerja yang tanpa batas.

Padahal, maskapai plat merah tersebut memberikan pelayanan pada publik sebagai pemberi jasa penumpang.

Itu akan bisa berimbas pula jika awak kabin kurang istirahat atau sakit bisa membahayakan keselamatan penumpang jika ia masih bertugas.

Jacqueline juga memberikan contoh seperti perjalanan Garuda Indonesia dari Jakarta ke Sydney, Australia.

Terkadang pejalanan Jakarta-Sydney kembali lagi ke Jakarta harus bisa ditempuh awak kabin selama 3 hari.

Atau bisa dikatakan pulang pergi (PP) yang artinya setelah mendarat, awak kabin tak ada jeda untuk beristirahat langsung berangkat lagi mengudara.

Sekretaris ikatan pegawai Garuda tersebut juga mengatakan akibat dari tekanan kerja yang diberikan sangat tinggi saat ini sudah ada delapan pegawai yang diopname atau jatuh sakit.

“Contoh schedule Sydney-Jakarta-Sydney, itu harusnya tiga hari, tapi jadi PP (pulang pergi). Itu beri dampak tidak bagus kepada awak kabin, sekarang sudah ada delapan orang yang diopname,” ucap dia.

Atas dasar itulah, dirinya bersama anggota IKAGI lainnya ingin bertemu dengan pihak Kementerian BUMN.

“Kami akan bicara soal kondisi awak kabin yang ada di Garuda Indonesia, kondisi general dan perusahaan,” ujarnya.

Keberanian menyampaikan keadaan yang ada di tubuh perusahaan penyedia jasa udara milik Indonesia tersebut muncul karena merasa telah ada naungan bagi pegawai pesawat plat merah untuk mengadu.

Mereka merasa bahwa Erick Thohir bisa menjadi bapak bagi pegawai awak kabin yang menjadi ujung tombak pendapatan negara tersebut.

Exit mobile version