Beranda Daerah Wonogiri Ini Alasan Bupati Wonogiri Joko Sutopo Minta Jagal Tidak Terima Maupun Memotong...

Ini Alasan Bupati Wonogiri Joko Sutopo Minta Jagal Tidak Terima Maupun Memotong Sapi Mati dan Sakit

Petugas dari Disnakkan didampingi Babinsa dan Kodim Sragen saat melakukan suntik bunting ternak sapi di Bendo, Sukodono Minggu (22/4/2018). Foto/Wardoyo

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM
Bupati Wonogiri Joko Sutopo menyeru para jagal sapi di Wonogiri untuk tidak menerima dan memotong sapi yang sudah mati. Hal serupa juga berlaku bagi sapi yang sakit.

Kebijakan itu dikeluarkan mengantisipasi penularan penyakit hewan ternak menular, khususnya antraks.

“Para jagal dan rumah-rumah potong yang ada di Wonogiri, untuk tidak menerima sapi dalam keadaan sudah mati, bahkan sapi sakit pun jangan diterima,” kata Bupati, Senin (3/2/2020). Pesan serupa disampaikan kepada jagal dan pemilik rumah potong beberapa waktu lalu.

Bupati membeberkan, wilayah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang notabene bersebelahan dengan Wonogiri telah dinyatakan oleh pemerintah pusat sebagai wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) anthrax. Pihaknya berharap para jagal dan pedagang untuk lebih berhati-hati tidak membeli ternak dari daerah tersebut baik yang sehat, sakit maupun yang sudah mati.

Baca Juga :  CPNS Wonogiri 2024, 230 Pelamar Lolos SKD 5 Formasi Sama Sekali Tak Diminati

Hal ini jelas dia, bukan tanpa alasan, mengingat Wonogiri juga punya pasar hewan di Pracimantoro, dimana banyak sapi yang dijual disana berasal dari daerah Gunungkidul.

Bupati menuturkan bahwa virus anthraks, bisa menyebar tanpa diketahui karena kecilnya virus. Di samping itu, masih banyak Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS) yang harus diwaspadai, karena akan menginfeksi ternak dan membahayakan apabila dikonsumsi seperti cacing pita, cacing hati, dan lain-lain.

Petugas medis dan paramedis Dinas Kelautan dan Perikanan dan Peternakan sudah melakukan upaya antisipasi penularan penyakit tersebut dengan melakukan disinfeksi, pemberian antibiotik dan vaksinasi anthraks di daerah perbatasan dan pasar hewan.

“Kita harus belajar dari kejadian yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul, dimana pasar hewan ditutup dan setiap hewan dan produk dilarang keluar dari daerah Gunungkidul. Akibatnya peternakan di Gunungkidul mengalami masa suram, hancur, dan semua mengalami dampak negatif dari merebaknya wabah penyakit hewan menular tersebut,” sebut dia. Aria