SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemkab Sragen memastikan revitalisasi Pasar Nglangon dan Joko Tingkir akan dilakukan di tahun ini. Dua pasar legendaris di Sragen itu selama ini memang dikenal banyak menyimpan cerita dan kontroversi, terutama Pasar Nglangon.
Ya, Pasar Nglangon yang berlokasi di timur jalan, selama ini dikenal sebagai pasar barang klitikan, onderdil sepeda, pasar burung dan onderdil sepeda motor.
Selain itu, pasar itu juga sejak lama dikenal dengan kontroversi praktik prostitusi terselubungnya. Sejak puluhan tahun silam, nama Pasar Nglangon memang selalu diidentikkan dengan praktik bisnis penjaja syahwat yang menghiasi malam hari.
Hasil penelusuran JOGLOSEMARNEWS.COM , lapak-lapak dan warung kopi yang ada di pasar itu, jika malam hari banyak beralih fungsi.
Salah satu pegiat sosial di Sragen, PO, menuturkan, aktivitas bisnis esek-esek di Pasar Nglangon memang sudah ada sejak lama.
Meski tidak vulgar terlihat, namun jumlah PSK atau wanita penjaja syahwat yang mangkal di lokalisasi terselubung Pasar Nglangon, mencapai 100 orang.
“Masih ada dan masih beroperasi seperti biasa. Nggak vulgar sih, tapi di warung-warung kayak gitu. Ya kalau ditotal mungkin sekitar 100an (PSK) ada lah. Kalau ada razia, mereka tiarap dulu, tapi ya nanti kembali lagi. Ya seperti itulah,” ujarnya, Sabtu (8/2/2020).
Cerita soal bisnis esek-esek di Pasar Nglangon memang bukan rahasia umum lagi. Menurut sejumlah warga yang pernah berpetualang di Pasar Nglangon, tarif para PSK di lokalisasi terselubung itu memang bervariasi dan sangat terjangkau.
“Tinggal lihat uangnya. Ada yang Rp 20.000, ada juga yang agak mahal Rp 50.000 sampai Rp 100.000 sekali kencan. Yang murah ya tua-tua, yang agak muda ya agak mahalan,” ujar PAR, salah satu warga Sragen yang mengaku sering mengantar temannya ke Nglangon.
Lantas bagaimana nasib lokalisasi dan 100an PSK jika nanti Pasar Nglangon dibongkar total?
Kepala Dinas Perdagangan Sragen, Tedi Rosanto mengatakan salah satu tujuan revitalisasi Pasar Nglangon dan Joko Tingkir dengan anggaran Rp 33 miliar itu, memang untuk menghapus citra dan praktik negatif yang selama ini melekat di pasar tersebut.
Nantinya, dengan dibongkar total dan dibangun jadi satu pasar besar di lokasi baru, diharapkan praktik negatif bisnis syahwat itu bisa hilang.
“Kalau soal nasib mereka (PSK), nanti tugas bersama dengan Dinas Sosial. Karena itu menyangkut kerja bareng beberapa dinas yang terkait. Kami menangani persoalan revitalisasi dan penataannya, nah yang persoalan itu (lokalisasi) pembinaannya nanti dari dinas sosial,” terang Tedi.
Menurutnya, akhir Februari ini, pihaknya akan mulai menyosialisasikan program revitalisasi pasar Nglangon dan Joko Tingkir kepada semua pihak baik pedagang, pemilik kios dan los serta penghuninya.
“Harapannya bulan April sudah bisa mulai dibangun, sehingga November sudah jadi,” terangnya.
Kehadiran Pasar baru itu nantinya diharapkan bisa menjadi pengembangan pusat bisnis di wilayah Sragen Kota bagian Utara. Selain itu, yang terpenting, pasar baru itu juga akan menjadi wajah baru bagi Sragen serta menghapus citra negatif tentang Pasar Nglangon. Wardoyo